JAKARTA, LAPIERO.COM-Pakar komunikasi politik, Antonius Benny Susetyo, memberikan opini mengenai pertemuan antara Surya Paloh dan Prabowo, yang terjadi pada hari Rabu, 1 Juni 2022, yang bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila, di mana upacara perayaannya dirayakan di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Hal ini dikemukakan oleh Benny, sapaan akrabnya, dalam video berjudul ‘Surya Paloh dan Prabowo Bertemu, ada apa?’ yang diunggah di Kanal Youtube RKN Media.
“Pertemuan yang terjadi menimbulkan pertanyaan besar di publik: apa arti dibalik pertemuan itu? Akankah dibangun koalisi baru? Akankah ada tokoh atau calon presiden mendatang? Apakah ini permanen atau pragmatisme?” ujar Benny.
Pengamat komunikasi politik tersebut menyatakan perihal harapannya akan pertemuan tersebut, dan pertemuan-pertemuan semacamnya yang mungkin terjadi di masa depan.
“Kita berharap pertemuan tersebut dapat merefleksikan tentang politik gagasan dalam membangun keadaban bangsa. Jangan hiruk pikuk koalisi hanya sekedar pemanis bibir, karena ujung-ujungnya hanya menjadi transaksi politik untuk mendapatkan kekuasaan politik,” jelasnya.
Benny menuturkan bahwa politik gagasan membawa kebaikan bagi bangsa Indonesia.
“Yang diharapkan adalah politik gagasan dapat dirumuskan dalam pertemuan tersebut, agar partai politik (parpol) tersebut memiliki konsep dan kesadaran etus untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dan mampu merumuskan arah kedepan bangsa Indonesia dan memberikan gagasan pemimipin ideal kedepannya,” tuturnya.
“Seharusnya, gagasan-gagasan elit politik mengaktualisasikan Pancasila; gagasan politik mengenai demokrasi, kebebasan, dan bahkan ekonomi Pancasila, menjadi kekuatan kita untuk mencapai kemajuan. Pemimpin ideal pun harus pemimpin yang visioner dan mampu membaca tanda zaman, serta mengaplikasikan Pancasila menjadi living dan working ideology,” katanya.
Dia menyadari bahwa politik gagasan tidak populer di kalangan masyarakat Indonesia.
“Memang (politik gagasan) tidaklah populer dibanding politik popularisme. Tetapi, politik gagasan dapat menciptakan perjumpaan intelektual, dimana elit merumuskan arah kebijakan konkrit untuk menyelesaikan persoalan bangsa, yang adalah tata pemerintahan kita,” sebutnya.
Benny juga memberikan pernyataan terkait perbaikan tata pemerintahan.
“Tata pemerintahan yang baik mampu menjadi efisien dan mengayomi keragaman, serta berdikari. Potensi Indonesia ada di laut, misalnya. Maka lewat politik gagasan, dapat dibangun usaha-usaha menggali potensi kelautan untuk bangun kesejahteraan,” ujarnya.
Disamping kelautan, pakar komunikasi politik itu juga menunjuk pada ketahanan pangan.
“Kita bisa membangun kapal-kapal dengan teknologi tepat guna. Kita bisa memaksimalkan potensi kekayaan sumber daya alam untuk sandang dan papan lewat ketahanan pangan masing-masing daerah. Gagasan pembangunan itu bisa lahir dengan elit politik menciptakan politik gagasan dibanding politik popularisme,” tandasnya.
Benny pun menutup dengan sebuah seruan kepada para elit politik.
“Kesadaran etis dibutuhkan di para pemimpin, untuk mengakhiri politik popularisme. Itu hanya mengoyak emosi masyarakat dengan perbedaan suku, latar belakang, ataupun agama. Politik gagasan itu ide, adu pemikiran. Baiknya pertemuan politik melahirkan gagasan, bukan sekedar ‘saya dapat apa’, atau kekuasaan politik,” tutupnya.(HMS)
Leave a Reply