Dr. John Palinggi: Pertolongan Orang itu Ibarat Mata Air, Kita Harus Tahu Sumbernya

Dr John Palinggi: bersyukur dan sayang manusia.

Life is struggle atau hidup adalah perjuangan. Tak seorang pun bisamenempuhnya sendirian menuju ke titik pencapaian tertentu. Lalu, apa yang perlu dilakukan terhadap orang-orang yang menyertai perjuangan itu?

Bagi Dr. John N. Palinggi keutamaan tertinggi yang semestinya dimiliki setiap orang adalah rasa “Syukur dan terima kasih”. Lebih dari itu, katanya, rasa syukur itu tidak cukup diucapkan atau hanya dibatinkan. Harus dikonkretkan.

Dan prinsip lain yang John pegang teguh, manusia harus tahu dari mana sesuatu yang disyukuri itu berasal. “Ibarat mata air, kita harus tahu sumbernya, agar kita menjaganya,” ujar pengusaha asal Tanah Toraja itu ketika dijumpai di ruang kerjanya.

John pun berusaha mengingat dan menyatakan rasa terima kasihnya kepada semua orang yang pernah berjasa dalam hidupnya. “Saya datangi 72 orang yang berjasa dalam hidup saya. Saya sudah datangi semua, kecuali guru Bahasa Inggris saya waktu di SMP, karena  dia tidak menikah dan tidak tahu di mana,” aku Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Rekanan Pengadaan Barang dan Distributor Indonesia (DPP ARDIN) ini.

”Kalau kita bisa menolong, lakukan pertolongan. Belum tentu hidupnya baik. Banyak mendekati orang yang susah hidupnya akan membahagiakan, dan tentu sebagai orang beragama, ini baik di mata Tuhan,” ujar pria murah senyum ini.

Perjuangan Spartan

Dr John Palinggi bersama para Presiden RI. Berteman dengan semua kalangan. (ist)

John sendiri pernah mengalami hidup yang penuh perjuangan dan kerja keras nan spartan. ”Walaupun ayah saya tokoh masyarakat, kami tetap saja harus mengolah alam dengan berkeringat dan tulus baru bisa menghasikan makanan. Saya makan singkong mulai dari daun, umbi, untung saja batangnya tidak ikut masuk,” ujarnya setengah bercanda.

See also  Gustaf, Sisa Air Kelapa Muda Ben Mboi dan Kursi Gubernur

Sekarang, akunya, sudah 45 tahun dia terjun di dunia bisnis, tanpa cacat. Di dalamnya, 38 tahun tahun dia membantu Pemerintah di berbagai lini sebagai seorang pengusaha murni. ”Saya ditugaskan, ya saya lakukan sebaik mungkin. Yang saya jual adalah kepercayaan, trusty. Jagalah dirimu supaya dipercaya. Pelihara hatimu sebab dari situ terpancar kehidupan. Orang yang tidak pelihara hatinya pikirannya kotor terus, selalu memandang orang lain yang tidak beruntung rendah,” ujarnya menyebut kunci mendapatkan kepercayaan.

Lebih jauh ujarnya, dalam pergaulan, bisnis dan hidup sehari-hari, John menjalin relasi dengan semua kalangan. Kalau muncul hambatan, Tenaga Ahli dan Pengajar Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) ini tidak menyerah. Dia selalu ingat pesan ayahnya untuk tetap berbuat kebaikan. ”Di mana pun kamu bekerja atau Tuhan tempatkan, kamu harus berusaha menyenangkan hati orang lain, siapa pun dia. Berusaha supaya dia menjadi saudaramu,” pesan ayahnya.

”Kalau orang itu tidak mau bersaudara, bagaimana?” tanya John pada sang ayah. ”Buat terus kebaikan, dan pada saatnya, Tuhan mempertemukan kamu dengan kebaikan. Jangan jemu berbuat kebaikan,” jawab sang ayah.

Karena itu aku John, dia tidak memandang agama, suku, beruntung atau tidak, kaya atau miskin dalam pergaulan. ”Yang penting dia ciptaan Tuhan, saya sayang,” akunya memungkasi obrolan. (tD/EDL)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*