Semula sungguh tidak terbayang bahwa bocah bernama Aloysius Giyai akan menjadi dokter dan menduduki jabatan-jabatan penting dan strategis dalam pemerintahan, khususnya di Provinsi Papua. Mengapa? Karena dia berasal dari keluarga miskin dan tinggal di pedalaman.
Ternyata, di balik kemiskinan, Tuhan menganugerahkan kepadanya kecerdasan yang baik dan di atas rata-rata. Dengan kecerdasan ini, Alo kemudian bisa menempuh pendidikan yang memadai sampai menjadi dokter.
Dan menariknya, selama menduduki posisi-posisi tersebut, Alo demikian ia biasa disapa selalu meninggalkan “warisan” berharga.
Sebagai contoh, ketika dia menjadi direktur RSUD Abepura. Sebelum Alo ditempatkan di RSUD ini, rumah sakit tersebut tergolong berantakan baik dari pelayanan, fasilitas dan etos kerja pegawainya.
Apa yang terjadi kemudian? Hanya dalam hitungan bulan, rumah sakit ini berubah total baik dari wajah bangunan, semangat melayani dan fasilitas. Tidak lama berselang, RSUD Abepura menjadi rumah sakit rujukan.
Contoh lain, ketika pria dari Suku Mee ini menjadi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua. Segera setelah ditempatkan di pos ini, Alo langsung bergerak cepat.
Gedung Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Papua itu dia kebut pembangunannya sehingga para pegawai bekerja dengan nyaman dan tertib. Bersamaan dengan itu, dia meluncurkan “Pelayanan Kaki Telanjang” yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di pedalaman dan pegunungan.
Pertanyaannya, bagaimana bisa tercipta suasana kerja yang kondusif dalam waktu singkat?
Menurut Alo, hidup disiplin menyangkut kebiasaan, pembiasaan dan keteladanan. Dan makhluk yang bisa dengan cepat berdisiplin adalah manusia, siapa pun dia.
“Dan tentu saja, hal disiplin itu bukan untuk dibicarakan, tapi dilaksanakan dengan konsisten,” kata Alo kepada tempusdei.id dan Lapiero.com.
Untuk itu, Alo mulai dari dirinya sendiri. Sebagai pimpinan tertinggi di instansi-instansi tersebut, dialah orang pertama yang datang paling pagi ke kantor dan pulang paling kemudian.
Pada pagi hari misalnya, dia lebih dulu tiba di kantor lalu menyiapkan peralatan kerja dan mulai bersih-bersih. “Melihat saya yang pimpinan datang duluan dan bersih-bersih, para petugas kebersihan malu sendiri. Mereka mulai datang pagi-pagi dan rajin bekerja. Yang lain pun ikut,” ungkap Alo, pria yang oleh Perkumpulan Wartawan Media Kristiani atau PERWAMKI dianugerahi penghargaan sebagai “Tokoh Kesehatan Inovatif 2020” itu.
Sore harinya, para pegawai malu hati pulang lebih dulu. Seringkali mereka menunggu Alo pulang duluan.
Melihat itu, Alo menyilakan mereka pulang. Tidak usah menunggunya pulang. Sebagai gantinya, tanpa disuruh, mereka berusaha menyiapkan segala sesuatu untuk memudahkan kerja mereka keesokan harinya.
“Saya tidak banyak bicara. Hanya untuk hal-hal tertentu saya bicara banyak sebab itu menyangkut prinsip dan konsep. Setelah mereka disiplin dan terbuka, saya lebih mudah menyampaikan hal-hal penting kepada mereka,” kata Alo.
Menurut Alo, setiap orang disertai hati dan pikiran. “Seorang pemimpin harus bisa mengaktifkan pikiran dan hati orang-orang di sekitarnya agar melakukan yang terbaik dari yang mereka bisa. Denga begitu, mereka bisa melayani dengan hati yang jenih dan pikiran yang fajar,” tambahnya.
Dan gaya atau pola kepemimpinan ini yang kembali ia terapkan sejak diaktifkan kembali sebagai Direktur RSUD Jayapura. Sebelumnya, tanpa alasan yang jelas, Alo dinonjobkan oleh Gubernur Lukas Enembe. Sukses, Pace Alo! (Lapier 07)
Leave a Reply