Langkah Mundur Ratu Wulla bagi Terganggunya Langkah Maju MDT  

Markus Dairo Talu dan Ratu Wulla (Foto: FB Ratu Wulla

Oleh Emanuel Dapa Loka, Wartawan dan penulis biografi

Walau terjadi ingar-bingar di antara pemilihnya akibat menyatakan mundur setelah berhasil mendapatkan kursi untuk duduk di Senayan, Ratu Wulla belum pernah muncul ke publik untuk secara terbuka menjelaskan alasan pengunduran dirinya itu. Penampilan satu-satunya adalah ketika ia mengaku “mendapat tugas lain dari partai”. Apa tugas baru itu, tak satu pun yang tahu. Ratu Wulla sendiri sudah tahu apa “tugas baru itu?”

Pertanyaannya, ke mana Caleg no urut 5 Partai Nasdem itu untuk Dapil 2 NTT itu setelah berita mundur itu merebak? Satu-satunya jawaban yang pasti, Ratu Wulla sedang menjalankan fungsinya sebagai anggota DPR aktif, berkantor di Senayan. Teman-teman separtainya di Sumba pun sangat miskin informasi seputar hal tersebut. Mereka hanya mendapat “informasi” bahwa Ratu “akan” ke Sumba pada April untuk menjelaskan alasan pengunduran dirinya. Ratu bahkan belum pernah ke Sumba usai menyatakan mengundurkan diri. Biasanya, oleh karena keinginannya untuk dekat dengan masyarakat, dia sangat sering pulang.

Siapa pun tahu, bahwa bicara atau tidak, memberi penjelasan atau tidak menyangkut langkah politiknya itu, sepenuhnya adalah hak Ratu Wulla. Tidak ada pasal dalam UU Pemilu atau Peraturan KPU yang menyatakan bahwa seorang Caleg harus memberikan keterangan kepada konstituennya menyangkut langkah politiknya, termasuk langkah mundur Ratu Wulla tersebut.

Tetapi pertautan dan dinamika kehidupan ini tidak hanya diatur oleh hukum formal. Secara moral etis, Ratu Wulla memiliki hubungan “emosional” dengan 73 ribu lebih pemilik suara di Dapil II, terutama dengan 61 ribu pencoblos dari Sumba Barat Daya. Kerelaan mereka mencoblos berangkat dari ajakan Ratu Wulla sendiri melalui berbagai cara. Bisa jadi mereka terpengaruh oleh karena janji, atau malah bukti yang Ratu sendiri sudah berikan. Mereka berharap, semua itu menjadi kenyataan atau kembali terrealisasi di tengah kehidupan mereka yang memang mendambakan pertolongan—yang konstitusional.

See also  Suara dari Rantau: Ini Alasan Saya Kritik Ratu Wulla

Dalam jalinan komunikasi dengan masyarakat; baik dengan yang tua maupun yang muda, banyak kali mereka memanggil Ratu Wulla dengan panggilan “Mama Ratu” diikuti dengan “Cium hidung”. Ini sapaan dan bahasa tubuh yang menunjukkan kedekatan yang amat dengan masyarakat. Maka, pertimbangan atas jalinan emosi dalam rajutan persaudaraan ini mestinya mendorong Ratu Wulla datang kembali ke tengah-tengah masyarakat untuk bicara.

Ketidakmunculan yang lama membuat masyarakat bertanya-tanya, “Ke manakah Mama Ratu? Apa kabarmu di sana? Indahkah hidupmu? Ke mana lagi kami akan menitip aspirasi kami?”, dan seterusnya.

Saat masyarakat menyambut kedatangan Markus Dairo Talu dan Ratu Wulla.

Dengan langkah mundurnya, Pulau Sumba yang terdiri atas 4 kabupaten itu tidak memiliki messenger atau pembawa aspirasi lagi. Memang ada beberapa wakil dari Dapil 2 di mana di dalamnya Ratu termasuk, tapi tetap ada yang berbeda. Sebagai orang Sumba (asli), Ratu membawa serta gengsi Pulau Sumba. Ada kebanggaan etnik di sana. Ada pula harapan dan kebanggaan tersendiri kaum perempuan Sumba. Rasa percaya diri dan semangat mereka, sadar atau tidak terangkat dan terpupuk.

Bukan tidak mungkin banyak perempuan, terutama anak-anak atau remaja yang diam-diam mengagumi Ratu Wulla, lalu tanpa kata merenda keinginan besar untuk seperti Ratu Wulla. Mata mereka melihat dan hati mereka merasa setiap kali kunjungan kerja atau reses, Ratu selalu dijemput dengan tari-tarian diiringi irama gong yang mengundang decak kagum. Mirisnya, di saat semua itu sedang bertunas dan berbunga, Ratu mengambil langkah yang mengecewakan. Kata orang, “Sedang cinta-cintanya, tapi ditinggalkan atau cintanya diputuskan”—itu pun tanpa penjelasan.

Menimbang langkah MDT

Dalam hitungan bulan, Sumba Barat Daya, sebagaimana berbagai wilayah pemilihan lain di Indonesia, akan melakukan pesta demokrasi penuh pertaruhan popularitas, gengsi, trust, semangat. Perang psikologi, terjadi di sana-sini. Malah seringkali kekerasan fisik tak terhindarkan. Dalam aroma semacam ini, para Bacabup sudah ancang-ancang untuk bertarung dan bertaruh. Suasana bahkan sudah mulai bergairah.

See also  KEMATIAN

Dari berita yang beredar, salah satu tokoh yang bakal maju adalah mantan Bupati SBD Markus Dairo Talu, suami Ratu Wulla. Dan sangat pasti, dengan rekam jejak dan perangainya, MTD akan menjadi pemain utama di arena yang penuh pertaruhan tersebut.

Namun, langkah mundur Ratu Wulla tersebut akan sangat menjadi beban terhadap langkah dan karier politik MDT. Kepercayaan masyarakat telah terganggu sebelum waktunya. Langkah mundur Ratu Wulla sudah menjadi “kampanye negatif” untuk MDT. Bukan tidak mungkin, dan ini wajar-wajar saja situasi ini “dimainkan” oleh pihak lain untuk mendapat simpati publik—sambil menawarkan diri.

Mengapa? Sebagai suami istri dan kader separtai, Ratu Wulla dan MDT tidak bisa dipisahkan. Kata pepatah Jawa, suami atau istri adalah belahan jiwa. Mereka berpelukan dalam semangat suami istri dan semangat partai. Bahwa sebagai pribadi, mereka punya sikap yang berbeda, bisa saja tapi tidak mudah diterima publik. Bisa saja muncul seloroh, “Jangan sampai setelah menang, MDT mundur dan membuka karpet merah untuk wakilnya….”.

Apa dan bagaimana pun upaya untuk meyakinkan bahwa MDT layak dipercaya dengan Ratu Wulla di sampingnya, ini bukan hal yang mudah, apalagi kalau alasan pengunduran itu terkesan “transaksional” dengan pihak tertentu.

Mengambil atau menarik kembali kepercayaan publik bukan hal gampang atau setidak-tidaknya membutuhkan energi baru dan tersendiri. Bahkan, bukan hanya para pemilih yang harus diyakinkan kembali, tapi mereka yang pernah menjadi tim sukses baik terdata maupun tidak, harus diyakinkan kembali dengan susah payah.

Situasi ini sangat bisa menjadi peluang dari para pemain yang lain untuk merebut suara masyarakat dengan tawaran-tawaran baru dan sikap politik yang lebih solid. Meski begitu, para calon lain harus cermat dan terukur juga “memanfaatkan” celah tersebut. Yang harus diingat, di samping “masalah besar” di atas, baik Ratu Wulla maupun MDT juga memiliki jejak atau track record yang meyakinkan di antara masyarakat. Jika tidak hati-hati, masyarakat bisa bertanya: memangnya Anda sudah buat apa untuk kami yang lebih baik dari MDT dan Ratu Wulla? Tidak ada yang mustahil dalam politik. Banyak kemungkinan bisa terjafi. Tentang ini, filsuf politik Otto von Bismark sudah bertitah Politics is the art of the possible atau “Politik adalah seni bermain kemungkinan”.  A bisa bersalin rupa menjadi Z.

See also  Surat Cinta untuk Trimedya Panjaitan: Cinta Relawan Tidak Perlu Dibayar

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*