LAPIERO.COM-Melihat potongan-potongan papan, bonggol kayu, akar pohon, tempurung kelapa di sekitar rumahnya yang terbuang-buang, Leonardus Dapa Loka memutar otak, kemudian menemukan cara agar semua itu bermanfaatkan . “Kalau asal manfaatkan, bisa saja kita jadikan kayu bakar. Tapi saya ingin lebih dari itu,” jelas ayah dari satu anak ini.
Leo, demikian sapaan akrab pria yang juga menyukai seni teater ini, mencoba mengamati dan belajar sana-sini dengan membaca buku dan menonton proses pengerjaan karya kreatif di channel-channel youtube. Tidak berlama-lama, Leo lalu mencoba sendiri memanfaatkan barang-barang bekas itu untuk membuat meja, bangku, lampu hias dan lain-lain.
Tentu saja, dia tidak langsung berhasil. Banyak kegagalan, tapi dari hasil yang satu ke hasil berikut, dia perlihatkan kemajuan. Alhasil, hasil kerjanya makin bagus. “Benar! Saya imhim naikkan kasta limbah agar bermanfaat. Dari yang saya lakukan, banyak juga yang gagal, rusak dan bikin pusing. Stres juga,” kata Leo tertawa, sambil beberapa contoh hasil produksinya yang gagal.
Namun, sejak dua tahun lalu, hasil kerja keras dan belajar Leo yang kenal menyerah, sudah mulai menunjukkan hasil. Sejumlah meja bernilai seni telah ia hasilkan. Kaki meja berasal dari akar kayu di sekitar rumahnya yang dia gali lalu keringkan. “Saya pilih akar kayu yang kuat seperti nangka, mahoni, jati dan lain-lain. Harus dikeringkan sampai kadar airnya nol,” jelas Leo lagi.
Sedangkan untuk daun meja, dia manfaatkan potongan-potongan papan yang dia letakkan di atas perapian dapur rumahnya di Desa Pero, Wewewa Barat, Sumba Barat Daya, NTT.
Pegawai Dinas Pariwisata
Leo sendiri adalah salah satu pegawai Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif, Dinas Pariwisata SBD. Dia memanfaatkan waktu senggang sepulang kantor untuk membuat meja-meja unik nan artistik tersebut. “Daripada duduk-duduk saja sepulang kantor, ya saya kerjakan barang-barang ini. Keterampilan ini juga yang saya latihkan ke kelompok-kelompok masyarakat,” katanya sambil menunjuk beberapa meja yang telah selesai ia kerjakan.
Selain untuk mengisi waktu-waktu luang, Leo mau menunjukkan bahwa kepada sudari saudaranya sendiri bahwa banyak hal di sekitar yang dianggap tidak berguna, namun bernilai tinggi jika diolah dan dikasih sedikit sentuhan seni. “Memang butuh keseriusan, ketekukan dan sentuhan seni sedikit,” jelasnya.
Leo sendiri sudah membuktikan, meja-meja hasil karyanya diminati banyak orang dengan harga sampai 1 juta rupiah. Dan saat ini dia sudah merambah membuat meja dan kursi belajar, lampu hias, tempat tidur dan lain-lain. “Tentu saja ini bukan materi kuliah saya dulu, tapi kalau kita mau belajar, pasti bisa. Toh kita semua dibekali daya kreasi. Jangan bajalan saja,” kata sarjana Bahasa Inggris dari salah satu Universitas di Yogyakarta ini sambil tertawa lebar. (Lapier 01)
Leave a Reply