Oleh Simply da Flores, Alumnus STF Driyarkara, Jakarta
Kehadiran Paus Fransiskus di Jakarta – Indonesia mendapat berbagai apresiasi masyarakat dan organisasi. Ada yang mempublikasi kesannya di berbagai sosial media, ada yang berbagi secara lisan dan banyak yang diam menyimpan dalam hati. Banyak hal positif yang menjadi “angin segar dan berlian makna” dari Sosok Pribadi Paus.
Saya ingin mencatat
beberapa hal melalui tulisan ini.
Paus, Utusan dan Hamba untuk Melayani
Paus adalah Kepala Negara Vatikan dan sekaligus pemimpin umat Katolik sedunia. Jabatan rangkap beliau ini, dengan wilayah negara yang sangat kecil, serta aset kekayaan yang besar dan umat sedunia, ternyata tidak membuat Paus Fransiskus tampil serba mewah dan hidup glamour.
Paus juga mempunyai gelar, “hamba para hamba Allah – Servus servorum Dei”. Beliau menlanjutkan tugas kegembalaan dari Santo Petrus, rasul Yesus. Paus dipilih dan diutus Kristus Yesus untuk menggembalakan gereja – umat Allah, dengan tugas melayani sesama manusia dalam teladan hidup; bukan hanya kata-kata indah (no action – talking only alias nato)
Jadi, pangkat Paus dan Kepala Negara, bukan menjadi raja dengan tongkat kepausannya, tetapi justru diutus menjadi pelayan dan hamba. Mewartakan Kasih Allah dalam kata dan perbuatan, kesaksian dengan teladan hidupnya.
Sebagai Kepala Negara Vatikan, juga tidak membuat Paus menjadi seorang Pemimpin Politik yang adidaya. Negara Vatikan tidak punya angkatan bersenjata. Justru tugas pelayanannya, menjadikan beliau sungguh rendah hati, tampil sederhana dan menerobos lintas batas negara, bangsa, budaya dan agama demi mewartakan damai serta kasih sayang hakiki.
Paus Fransiskus, dan para Paus pendahulunya, berjuang melakukan tugas perutusan di tengah dunia, bukan demi membangun negara super power secara ekonomi dan persenjataan.
Faktanya, bersama umat Katholik sedunia serta para pejabat gereja-nya, Paus memperjuangkan pelayanan dan nilai kemanusiaan serta kerohanian.
Seorang Saudara dan Sahabat untuk Semua Orang
Dari kunjungan kerja dan tugas apostolik nya ke berbagai negara, Paus Fransiskus membangun persaudaraan dan persahabatan lintas sekat dan batas negara, agama dan budaya. Beliau mengajak semua pihak untuk bersama membangun hidup saling mengasihi, menghormati dan melayani, sehingga tercipta kerukunan dan damai. Beliau membangun komunikasi dengan berbagai pihak, agar jauhkan permusuhan, hentikan aneka bentuk kekerasan dan perang.
Paus juga terus mendesak semua pihak untuk semakin peduli lingkungan dan mengelola alam dengan bijaksana serta bertanggungjawab, demi kelangsungan hidup saat ini dan generasi berikut.
Kekuatan utama Beliau, bukan senjata, uang dan kekuatan politik, tetapi doa dan teladan hidupnya.
Paus tampil sebagai seorang Saudara dan Sahabat untuk semua orang. Beliau mengajak untuk selalu berpikir positif, bicara dan bertindak baik. Bahkan, jika kita diperlakukan jahat oleh sesama. Teruslah berbuat baik, demi pahala dunia dan sorga. Siapa yang menabur akan menuai sesuai tanamannya, baik atau jahat.
Selama kunjungan di Indonesia, dari semua agenda kegiatan beliau, terlihat porsi lebih utama adalah pewartaan persahabatan dan persaudaraan lintas sekat dan batas agama, adat budaya dan kepentingan politik. Beliau mengatakan bahwa harta terindah di bangsa ini adalah kerukunan dan toleransi, bukan tambang emas.
Makna persaudaraan dan persahabatan lintas sekat dan batas agama, adat budaya dan wilayah itu sudah dipublikasi oleh banyak kalangan di media sosial, dan terbanyak direkam dalam memori pribadi anak-anak bangsa serta warga dunia yang melihat sosok pribadi Paus Fransiskus.
Semoga berkat dan doa beliau menjadi berkah bagi negara dan bangsa Indonesia tercinta di bumi Pancasila ini. Trimakasih Paus Fransiskus dan bangga atas NKRI, bumi Pancasila serta bangsa penuh kerukunan, toleransi serta persaudaraan dan persahabatan hakiki.*
Leave a Reply