JAKARTA-Presidium Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) St. Thomas Aquinas periode 2024–2026 menggelar diskusi publik secara daring melalui Zoom Meeting dengan tema: “Menggali Makna Lawatan Presiden Prabowo ke Luar Negeri.”
Susana Kandaimu, Ketua Presidium PP PMKRI St. Thomas Aquinas periode 2024–2026 dalam sambutannya, menekankan pentingnya memahami dampak dan tujuan lawatan diplomatik Presiden Prabowo Subianto ke luar negeri.
“Dalam era globalisasi yang semakin kompleks, kebijakan luar negeri suatu negara tidak hanya menjadi instrumen diplomasi, tetapi juga mencerminkan posisi strategis negara tersebut di dunia internasional. Langkah ini menarik perhatian berbagai kalangan, baik di dalam negeri maupun internasional, terutama terkait arah diplomasi yang dijalankan untuk menjaga stabilitas nasional dan meningkatkan posisi Indonesia di kancah global,” jelas Susana;
Ferdinandus Wali Ate, Presidium Hubungan Luar Negeri PP PMKRI dalam pengantarnya sebagai moderator menjelaskan tujuan diskusi, yakni membuka ruang diskusi untuk menggali lebih dalam langkah-langkah diplomatik pemerintah Indonesia.
Diskusi dihadiri oleh seluruh pengurus pusat PMKRI, rekan-rekan PMKRI se-indonesia serta teman-teman organisasi Cipayung dan masyarakat sipil.
Sebagai Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Prof. Hikmahanto membahas isu hukum internasional terkait klaim sembilan garis putus (nine-dash line) oleh China di Laut China Selatan.
Ia menyoroti bagaimana klaim tersebut bertentangan dengan hukum internasional dan menggarisbawahi bahwa Indonesia tidak mengakui klaim tersebut. Prof. Hikmahanto juga menekankan pentingnya Indonesia menjaga kedaulatan maritim dan menyebutkan perlunya strategi diplomasi yang tegas dalam menghadapi provokasi di kawasan tersebut.
Selain itu, ia membahas potensi kerja sama diplomatik Indonesia-Tiongkok meskipun terdapat perbedaan pandangan.
Minister Counselor KJRI Kuching, Sarawak, Malaysia, membahas hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara tetangga, khususnya Malaysia. Ia menjelaskan pentingnya kunjungan diplomatik Presiden Prabowo dalam memperkuat kerja sama strategis, seperti investasi dan teknologi, terutama dengan Singapura.
Theodorus juga menyoroti visi Indonesia Emas 2045 yang menjadi prioritas Presiden Prabowo untuk meningkatkan perekonomian dan daya saing Indonesia di kawasan.
Pieter Alexander PandiePengamat kebijakan luar negeri dari CSIS Indonesia memaparkan dinamika geopolitik dan relevansi kehadiran Presiden Prabowo di berbagai forum internasional, seperti G20 dan BRICS. Pieter menilai langkah Presiden Prabowo untuk memperluas keterlibatan Indonesia di berbagai forum global sebagai strategi yang baik untuk memperkuat posisi Indonesia.
Namun, ia juga mengingatkan perlunya evaluasi berkelanjutan untuk memastikan setiap langkah diplomasi tetap sejalan dengan kepentingan nasional.
Diskusi ini memberikan pandangan mengenai berbagai aspek kebijakan luar negeri yang diambil oleh Presiden Prabowo.
Peserta diskusi berharap langkah-langkah diplomatik ini dapat terus menjaga kedaulatan Indonesia, memperkuat kerja sama internasional, serta mendukung visi pembangunan jangka panjang bangsa.
Leave a Reply