Safari ke-53 Bos Jamu Sidomuncul DR (HC) Irwan Hidayat di Fakultas Kedokteran IPB, Ada Apa?

Irwan Hidayat, Bos Sidomuncul membawa produk jamu ke pelataran kedokteran.
Irwan Hidayat, Bos Sidomuncul membawa produk jamu ke pelataran kedokteran.

BOGOR – Bos Jamu Sidomuncul Irwan Hidayat sangat yakin jamu dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Keyakinan tersebut berdasarkan perjalanan Sidomuncul yang telah memberi bukti empiris dan ilmiah.

Namun, harus diakui, tidak sedikit masyarakat, terutama dunia kedokteran yang belum yakin, atau setidaknya ragu-ragu terhadap khasiat dan pertanggungjawaban ilmiah khasiat tersebut. Irwan pun sangat menyadari sikap skeptis itu.

Karena itu pria kelahiran Yogyakarta 77 tahun lalu itu tiada lelah melakukan safari dari dari satu forum ke forum lain untuk menanamkan atau menyirami keyakinan masyarakat akan khasiat jamu bagi kesehatan.

”Kami tidak akan lelah menyampaikan bahwa khasiat jamu itu sangat baik dan membantu meningkatkan kesehatan dan kualitas daya tahan tubuh masyarakat,” katanya kepada tempusdei.id pada suatu saat.

Langkah yang sama inilah yang dia lakukan pada 19 Mei 2025 saat berbicara dalam kuliah umum ke-53 di Fakultas Kedokteran (FK) IPB University, Bogor.

Di hadapan civitas acaademica IPB tersebut, peraih gelar Doktor Honoris Causa Bidang Manajemen Mutu (Branding) dari Universitas Negeri Semarang membawakan materi berjudul “Peran Jamu dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Indonesia: Bukti Empiris dan Ilmiah”.

Yang Irwan sampaikan tidak hanya testimoni berdasarkan pengalaman konsumen, tetapi berdasarkan kajian riset ilmiah.

Dari berbagai riset dan inovasi, Irwan memastikan khasiat salah satu produknya, yakni Tolak Angin yang mampu meningkat Sel T dan tidak menimbulkan efek samping bagi pemakaianya walau mengonsumsinya secara terus-menerus  selama 212 bulan.

Dalam pemaparannya, Irwan menceritakan perjalanannya membawa produk Sidomuncul menjadi obat herbal yang teruji secara ilmiah dan terstandardisasi layaknya produk farmasi.

Langkah Inovatif

”Langkah barunya” dalam mengelola perusahaan jamunya dia mulai pada tahun 1985 dengan berbagai tindakan inovatif. Irwan berkeyakinan bahwa kalau pada pembuatan jamu diterapkan  proses seperti proses pembuatan obat farmasi, jamu pasti bisa lebih hebat.

See also  Gandong Maluku California: Kisah Diaspora Indonesia di AS

Irwan pun sangat serius dalam memperjuangkan keyakinannya bahwa jika jamu diproduski dengan standart farmasi, maka akan lebih hebat. Tahun 2000, pabrik jamu Sidomuncul yang berstandar farmasi diresmikan Menteri Kesehatan.

Pada tahun 2003 Irwan memutuskan melakukan uji toksisitas pada produk Tolak Angin bersama Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Jogja.

”Terus terang! Ada rasa khawatir saat itu. Bagaimana kalau uji toksisitas ini membuktikan Tolak Angin toksik? Sementara itu, penjualan Tolak Angin merupakan 50% dari total omset atau penjualan Sidomuncul saat itu. Secara bisnis, ini akan menjadi persoalan besar,” ungkap Irwan.

Setelah menimbang-nimbang dan mendengarkan suara hatinya, Irwan bergumam, ”Demi kepentingan dan keselamatan konsumen atau saya sendiri dan keluarga yang minum Tolak Angin, sebaiknya dilakukan uji toksisitas. Dan seandainya toksik, maka saya akan lakukan reformulasi. Tapi feeling saya waktu itu mengatakan: kan produk ini sudah lama dikonsumsi orang, dan sehat-sehat saja.”

Dia juga teringat sumpah Hypocrates yang mengatakan, “I will treat my patients with my heart, mind and knowledge“. Irwan juga mengadaptasi sumpah Hypocrates  “I will manage Sidomuncul with heart, mind and regulation“  – “Saya akan mengelola Sidomuncul dengan hati, pikiran dan aturan”.

“Saya sungguh bersyukur kepada Tuhan, Tolak Angin lolos uji toksisitas. Aman diminum selama 212 bulan secara terus menerus tanpa menyebabkan kerusakan organ seperti lambung, hati, empedu, ginjal. Tolak Angin juga tidak menyebabkan gangguan hormon,” kata Irwan dalam Orasi Ilmiahnya pada penganugerahan gelar DR (HC) kepadanya di Universitas Negeri Semarang.

Untuk mengkomunikasikan produknya dengan baik dan menarik perhatian masyarakat, Irwan tidak segan-segan memproduksi iklan ber-tagline ”Orang Pintar Minum Tolak Angin” dengan bintang iklan para selebriti terkenal.

See also  Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa Tolak Rencana Jepang Buang Limbah Radioaktif ke Laut

Kini kandungan zat aktifnya aneka varian produk Sidomuncul seperti kadar kurkumin dalam kunyit distandarkan. Produk-produknya  pun telah melalui berbagai pengujian, seperti pestisida, aflatoksin, logam berat, hingga DNA barcode untuk memastikan kemurnian bahan.

Irwan berharap, dokter-dokter lulusan IPB bisa menjadi bagian dari proses penyembuhan yang lebih kontekstual dengan memanfaatkan kekayaan hayati Indonesia.

Wakil Rektor IPB Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Prof drh Deni Noviana, PhD,  menyambut baik kehadiran Irwan dan tim Sidomuncul di IPB.

Menurutnya, pihaknya sangat terbuka terhadap kolaborasi dengan dunia industri, termasuk Sido Muncul.

Dekan FK IPB, Dr dr Ivan Rizal Sini juga menyatakan bahwa kehadiran Irwan dan Sidomuncul membawa inspirasi nyata bagi misi FK IPB yang berbasis kepada komunitas.

“Kami ingin mencetak dokter yang bukan hanya klinisi, tapi juga punya kedekatan dengan masyarakat. Di daerah terpencil, masyarakat tidak punya akses obat konvensional. Jamu bisa menjadi solusi yang ilmiah dan terjangkau,” ujarnya.

Menyambung dr Ivan, Irwan mengingatkan bahwa tidak cukup seorang dokter memiliki kecerdasan, tetapi harus memiliki akal budi agar bisa berempati terhadap sesama, termasuk para pasien mereka kelak.

Irwan mengaku pernah menderita malaria, TBC, ginjal, hipertensi, hingga insomnia.  “Saya pernah dirawat setahun penuh. Itu yang membuat saya punya empati pada orang sakit,” ungkapnya. (tD/Lapier)

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*