Siapkan Remaja Hadapi Badai Tantangan

Melkianus Asterius Bili

Oleh Melkianus Asterius Bili, mahasiswa Universitas Katolik Weetebula, program studi Pendidikan Keagamaan Katolik

Sebuah peribahasa mengatakan, “Yang kita tanam saat ini, itulah yang kita tuai nanti”. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka setiap orang harus menanam benih yang baik lalu merawatnya dengan kerja-kerja yang benar.

Begitulah juga dalam kehidupan anak remaja. Dari yang remaja lakukan atau alami pada masa remajanya, itu menjadi gambaran yang akan terjadi padanya pada masa mendatang.

Badan Pusat Statistik Nasional (2023) mencatat, jumlah remaja di Indonesia dengan rentang usia 10-19 tahun sebanyak 44, 25 juta jiwa. Jumlah yang tidak sedikit ini akan membawa dampak yang sangat besar bagi perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia. Keliru mengambil keputusan tentang mereka, maka bangsa ini akan berada dalam masalah besar.

Pada usia tersebut, anak remaja mulai mulai mencari jatidiri antara lain dengan mengungkapkan pendapatnya baik secara verbal maupun non verbal.

Dengan keterbukaan saluran informasi, remaja bisa mengakses apa saja. Mereka dengan mudah mendapatkan sajian-sajian baik yang mengembangkan maupun menghancurkan diri mereka.

Pada masa remaja, jika tidak terkontrol dengan baik, seorang anak atau secara bersama-sama akan berperilaku negatif seperti melawan orang tua, tidak jujur, mencuri, merokok, mabuk-mabukan atau melakukan tawuran di mana-mana.

Tentu, hal ini dapat membawa dampak yang tidak baik pada anak remaja dalam menjemput masa depannya atau dapat memmengaruhi masa depan anak remaja, karena apa yang lakukan pada masa remaja, itu yang akan mereka hasilkan pada masa yang akan datang.

Anak remaja sangat perlu perhatian utama dari keluarga, masyarakat dan lingkungan sekolah, agar mereka dapat berkembang dengan baik dalam berbagai aspek kehidupan terlebih khusus dalam aspek moral.

See also  Langkah Mundur Ratu Wulla bagi Terganggunya Langkah Maju MDT  

Pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai moral oleh remaja, penting dan utama. Orang tua yang menjadi tempat utama anak mendapatkan pendidikan, harus membekali anaknya dengan pengetahuan moral. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah perilaku menyimpang yang dapat merusak masa depan mereka.

Lantas, apa yang  keluarga, sekolah dan masyarakat harus lakukan agar para remaja dapat tertolong dalam hidupnya? 

Pertama, membiasakan anak dalam melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat. Misalnya, sejak kecil bersikap jujur, sopan, disiplin, menghargai sesama, bertanggungjawab, beribadah.

Kedua, dalam bahasa mereka, berikan mereka pemahaman yang baik terhadap apa yang hendak mereka lakukan dan apa dampaknya. Dengan memberikan pemahaman, mereka akan mengerti dan tahu mana yang baik dan mana yang buruk.

Ketiga, beri mereka contoh hidup yang baik. Dalam usia anak-anak dan remaja, mereka akan melakukan apa yang mereka lihat dan dengar atau alami dari orang-orang terdekat mereka.

Buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Peribahasa tersebut sangat tepat jika dikaitkan dengan pembentukan perilaku seorang anak dalam lingkungan keluarga.

Artinya, orang tua harus berperan aktif dalam membentuk perilaku anak-anak, agar mereka dapat menjalani hidup sebagaimana yang diharapkan. Yakinlah! Perilaku yang baik pada anak adalah buah dari didikan orang tua, sekolah dan masyarakat.

Ketika anak remaja sudah memiliki fondasi yang kuat, maka mereka akan mampu menghadapi godaan-godaan untuk berbuat yang negatif. Ibarat rumah yang fondasinya kokoh, tidak mudah roboh kalau dihantam angin kencang.

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*