Setelah menyelesaikan studi di SMA Katolik Anda Luri, Waingapu, Agustinus Tamo Mbapa melanjutkan kuliah Ilmu Politik di Universitas Nusa Cendana (Undana Kupang). Gustaf, demikian sapaan akrab striker berbahaya ketika di SMA ini kuliah di Undana tanpa melalui jalur test, karena lolos jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan).
Terbiasa hidup berasrama sejak di SMP Wona Kaka, Kodi dan SMA Anda Luri, Gustaf tidak menemui kesulitan berarti ketika kemudian tinggal di Margasiswa PMKRI di Kupang. Maklum saat itu Gustaf terpilih menjadi Ketua PMKRI Cabang Kupang.
Ketika menjadi Ketua PMKRI itulah terbuka kesempatan bagi Gustaf untuk mengenal banyak orang termasuk Piet Alexander Tallo (Alm), orang nomor satu NTT ketika itu. Dalam berbagai perjumpaan dengan gubernur yang gaya komunikasinya tidak jaim itu, Gustaf dengan leluasa bicara apa saja.
Suatu saat, Piet Tallo bertanya kepada Gustaf, “Gus, anggotamu berapa banyak?” Tanpa lama-lama berpikir, Gustaf menjawab, ”Ada sekitar 2.000, Pak.” Sontak gubernur berambut putih itu berkata, ”Nanti ambil beras 1 ton untuk teman-teman,” kata Piet Tallo. Gustaf tentu saja heran sekaligus gembira, lalu mengucapkan ”terima kasih”.
”Itu sejarah pertama di Marga bisa ada beras sebanyak itu. Saya lalu bilang ke teman-teman anggota PMKRI yang di kos-kos: kalau tidak punya beras di kos, datang ke Marga, masak dan makan bersama, lalu pulang ke kos. Marga jadi ramai sekali saat itu,” jelas Gustaf.
Selain untuk dikonsumsi di Marga, sebagian berat ia sumbangkan kepada pengungsi di perbatasan. ”Jadi, kami tidak mau makan sendiri. Kami berbagi dengan pengungsi sebab mereka pasti serba kekurangan. Saya dan teman-teman mencoba menghayati semangat option for the poor – berpihak pada yang miskin,” ungkap jebolan S2 Ilmu Politik UI ini.
”Itulah guna dan pentingnya relasi dan pentingnya persahabatan. Terima kasih, Pak Piet Tallo. Beras dari Bapak sudah menyelamatkan banyak perut ketika itu. Berbahagialah di surga karena kerahiman Tuhan,” ungkap Gustaf dalam nada doa. (Lapier/01)
Leave a Reply