SUMBA BARAT DAYA – Berawal dari kekuatiran akan terjadinya kecelakaan, sejumlah anggota masyarakat Desa Rabaege, Kecamatan Wewewa Barat, Sumba Barat Daya, NTT, harus turun sendiri memperbaiki beberapa bagian jalan yang rusak parah menuju kampung Wanno Kasa pada 10/10/25.
Jalan ini adalah akses utama warga desa mekar Wanno Kasa (Raba Ege) dan Desa Tarra Mata ke kota atau pasar.
Seperti dijelaskan oleh Martinus BM, satu warga setempat, kondisi jalan tersebut rusak parah dan sangat menghambat lalu lintas warga. Kalau dibiarkan bisa menimbulkan kecelakaan bagi warga.
”Jalanan sudah rusak parah dan gelap pula. Kalau dibiarkan, bisa menghancurkan kami sendiri. Jalan ini cukup ekstreem, bisa membahayakan,” kata Martinus kepada media ini.
Semula, hanya Martinus bersama saudara-saudaranya yang turun mengerjakan. Lalu beberapa warga bergabung.
Pekerjaan ini dikerjakan dengan sederhana bermodal semen dan batu putih (sertu). Mereja kesulitan mendapatkan pasir, kalaupun ada harganya sangat mahal.
”Tidak ada rencana. Ini hanya spontan di antara kami. Tahu-tahu banyak warga yang datang kerja. Ada malah yang bilang, kok tidak ajak kami…. Hahaha…. Saya tidak bisa undang mereka. Saya atau kami ini kan warga biasa. Nanti orang bisa bilang, siapa kamu? Jadi kita langsung kerjakan saja,” ujar mantan karyawan swasta selama 28 tahun di Jakarta ini.
Martinus yakin, gotong royong bisa menjadi solusi dalam menyelesaikan persoalan infrastruktur di desanya asalkan ada yang memimpin.
“Kalau disampaikan kepada pemerintah, jawabannya pasti ‘Belum ada alokasi dana’, karena memang ini kebijakan efisiensi Pemerintahan Prabowo”.
”Ya, sambil menunggu, kami coba lakukan dulu yang kami bisa,” ujarnya.
Meski begitu, Martinus berharap ada perhatian dari pimpinan di desa untuk mencari solusi bersama warga. Dia yakin akan ada solusi.
Kata Martinus lagi, dia dan beberapa warga desa lebih memilih ada anggaran perbaikan jalan dari Pemerintah pusat dari pada dana dipakai untuk proyek Makan Bergizi Gratis (MBG).
”Benar. Daripada MBG, lebih baik bangunkan kami jalan. Nah sialnya, kami tidak dapat semua itu baik makan tidak bergizi gratis atau yang berisi gratis. Kami hanya dengar-dengar, hahaha. Anak-anak kami tidak pernah merasakan MBG itu kecuali dengar di media sosial tentang korban MBG yang berjatuhan di mana-mana. Jadi, tak usah MBG untuk kami, buatkan jalan saja agar kami mudah bergerak cari makan bergizi itu,” pungkasnya serius. (Lapier 01/AP)
Leave a Reply