Pengamat Politik Dr. John N. Palinggi tidak bisa menyembunyikan kegundahannya melihat “kelakuan” anak-anak bangsa ini yang menurutnya terjerembab dalam kebiasaan saling fitnah, bahkan saling memaki melalui media sosial, pun melalui media main stream.
Menurutnya, ini pertanda bangsa ini bersama anak-anaknya sedang sakit. Dan jika dibiarkan bisa menyebabkan disintegrasi sosial, disintegrasi wilayah, bahkan disintegrasi bangsa.
”Yang kita lihat melalui media sosial, media cetak dan sebagainya, orang tampil saling memaki dan saling menghina. Terasa, hampir-hampir tidak ada lagi orang benar di negara ini. Dan menurut saya sudah sangat membahayakan hidup manusia,” beber John Palinggi.
Ia bahkan menyebut, bangsa ini sedang menjadi produsen akar kepahitan, dan Pemerintah harus mewaspadai hal-hal ini sebab sangat berbahaya.
”Jangan biarkan saling menghina terus. Tidak usah juga ditangkap. Panggil dan ajak orang-orang itu bicara tentang bagaimana baiknya memperbaiki negara ini,” saran John.
John mengaku sudah mengingatkan hal ini sejak 15 tahun lalu. Sekarang ini katanya, dengan kemajuan teknologi yang hebat, kebiasaan memaki dan menghina itu terdistribusi dengan luas. ”Dan ini berbahaya,” kata John lagi menegaskan.
Bagi John, menyampaikan pikiran yang berbeda, itulah dinamika demokrasi. Tapi manakala isinya sudah menghina dan merendahkan manusia, ini berarti secara tidak langsung kita menghina negara yang kita sepakati bersama sebagai negara hukum.
Di satu sisi, John mendorong masyarakat untuk menggunakan jalur hukum. Di sisi lain ia menyadari bahwa masyarakat tidak percaya penegakan hukum akibat penegakan hukum yang tidak berjalan di rel kebenaran dan keadilan.
”Barang yang salah menjadi benar, tergantung bagaimana posisi orang itu dalam masyarakat. Ini kan parah,” katanya.
John menengarai sejumlah orang marah karena mereka melihat penegakan hukum kita tidak semestinya. Selalu pandang bulu dan terjadi persekongkolan.
Namun, ada juga yang ribut karena kehilangan posisi atau sekadar menjadi pion dari orang-orang yang melakukan kesalahan, yang masih menduduki jabatan.
Selain itu, banyak orang dongkol karena melihat ada orang yang kaya luar biasa, sementara di seantero negeri, ratusan juta orang sengsara.
”Ada kecemburuan sosial. Mereka sangat benci terhadap keadaan yang tidak adil, dan tidak meratanya hasil-hasil pembangunan.”
Tambah John, dari orang-orang yang ribut terselip juga orang-orang yang no hope. Menurutnya, kalau orang pintar tidak ada pekerjaan dan tidak ada pengharapan, ini yang bahaya.
Belum lagi kalau pada masa yang lalu, mereka yang mengurus investasi katakan bahwa sudah banyak sekali investasi padahal tidak ada.
”Ini juga penyebab ributnya orang. Katakan sudah ada investasi 1.200 T, tapi gak ada yang datang dan lapangan kerja tidak ada. Dari situ orang dongkol karena pembohong ini. Berada di pemerintahan tapi tukang bohong. Anehnya, belum ada alat untuk menindak tukang bohong di pemerintahan,” ujar John sambil tersenyum pahit.
Belum lagi kata John, calon investor yang datang ke Jakarta ini sering diperas, dimintai macam-macam uang, akhirnya mereka takut. Ada orang tertentu yang minta saham.
Menyangkut semangat memberantas korupsi, kata John, apa pun yang dikatakan, kalau UU tentang korupsi tidak diubah, maka berteriak atau bicara sampai lidah menjulur ke lantai pun tidak akan terjadi apa-apa. (Lapier/07)
Leave a Reply