Kopi dari Desa Laga Lete sudah Tembus Eropa

"Kopi Laga Lete" produksi Desa Laga Lete, Wewewa Barat, Sumba Barat Daya.
Bernard Bulu Malo, Kepala Desa Laga Lete. Pacu masyarakat untuk mengubah citra desa.

SUMBA, LAPIERO.COM-Menyadari desa yang dia pimpin berada dalam “zona merah” untuk beberapa tindakan kejahatan dan keterbelakangan, Bernardus Bulu Malo, Kepala Desa Laga Lete, Kecamatan Wewewa Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT memancangkan tekad untuk “menyulap” desanya menjadi Desa pintar yang bercahaya, dan aman.

Aku Bernard, di desanya acap kali memang terjadi pembunuhan oleh karena berbagai masalah. Seringkali pula terjadi pencurian. “Desa kami terlanjur dicap desa tidak aman. Lalu saya pikir, tidak bisa selamanya cap ini melekat terus. Saya lalu pancangkan visi ‘Aman, Damai dan Sejahtera’. Kalau aman, orang leluasa bekerja, berusaha tanpa takut hasil kerjanya dicuri orang,” kata Bernard. “Warga desa sudah berjanji secara adat untuk berubah. Kami sudah pukul gong sebagai penanda tekad,” jelas Bernard.

Bernard juga terus melakukan komunikasi, baik secara bersama maupun personal dengan masyarakat untuk membangun kesadaran bersama membangun desa. “Saya sebagai pemimpin tidak hanya omong, tapi berikan contoh. Saya turun berkebun, tanam kopi dan lain-lain agar jadi contoh. Mereka butuh bukti dari omongan kita,” kata Bernard lagi.

Warga desanya kini ramai-ramai menanam berbagai tanaman produktif seperti jahe, temulawak, dan meregenerasi kopi mereka. Dan sebagian hasil ini mereka olah sendiri sehingga harga jualnya bertambah.  Contohnya, saat ini mereka telah memiliki produk kopi lokal bernama Kopi Laga Lete. “Sudah cukup banyak yang menyukai kopi kami. Dan kami akan terus melakukan inovasi bersama para sarjana asal desa ini. Kualitas kopi kami semakin bagus karena dapat alat pengolah kopi dari LIPI,” ujar Bernard.

Sambil belajar mengolah, beberapa sarjana dari desa ini membangun komunikasi dengan berbagai pihak di Eropa. “Puji Tuhan, kopi kami sudah dinikmati oleh orang-orang Eropa. Kami pasti lebih produktif lagi ke depan,” ungkap Bernard yakin.

See also  Paus kepada Para ilmuwan: Harmoniskan Iman dan Sains dalam Pencarian Kebenaran

Jelas Bernard lagi, kopi dari desanya tergolong kopi terbaik.  “Tanggal 13 November lalu, Ibu Gubernur datang di Langgalete. Ibu Gubernur juga akui kualitas kopi kami, bahkan berjanji akan bantu pemasarannya. Ibu Gubernur juga lakukan penanaman kopi robusta,” jelasnya lagi.

Saat ini, Desa Laga Lete dihuni oleh 2.200 orang dari 646 kepala keluarga. Di desa ini telah terbentuk Kelompok Pertiwi beranggotakan ibu-ibu dan kaum disabilitas. “Di kelompok ini ibu-ibu dan kaum disabilitas sama-sama belajar dan saling memberi inspirasi,” ungkap Bernard ketika ditemui di kantornya

(18/11). (Lapier 01)

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*