Mburo Ate Tedeh atau Temu Kangen Warga Desa Penampen, Tiganderket, Karo di Cimahi

Mburo Ate Maneh di Cimahi. Tetap mencintai Budaya Karo. (EDL)

CIMAHI, LAPIERO.COM-Masyarakat Suku Karo, dari Desa Penampen, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Sumatera Utara yang tersebar di Jabodetabek dan Bandung menggelar Mburo Ate Tedeh atau Melepas Rindu atau Temu Kangen pada 14 Agustus 2022 di Cimahi, Jawa Barat.

Sebelum Covid, acara tersebut merupakan agenda tahunan mereka. Di acara ini mereka saling menyapa, bernyanyi dan menari bersama untuk mensyukuri berkat Tuhan yang mereka alami setahun berjalan.

Raja Kuasa Bangun, Ketua Panitia: Syukur atas berkat Tuhan. (EDL)

Seperti dijelaskan Ketua Panitia Raja Kuasa Bangun, di kampung, acara seperti ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas panen yang mereka dapatkan dari berkebun. Setiap kampung menyelenggarakan syukuran sesuai kondisi masing-masing. “Dalam makna yang sama, kita lakukan di perantauan, sekaligus untuk melepas rindu,” jelas Kuasa Bangun.

SAKSIKAN LIPUTAN LAPIERO TV: https://youtu.be/oywFxNZqcok

Uniknya kata Kuasa, dulu ketika masyarakat di kampung masih homogen, menu yang disajikan adalah daging babi dan daging dari aneka binatang lain. Tapi belakangan, oleh karena masyarakat sudah heterogen, di mana cukup banyak warga beragama Islam, tidak ada lagi menu daging babi.

“Ini sebagai bentuk penghormatan kepada saudara-daudari kami yang beragama Islam. Kami tetap bersaudara walau berbeda agama,” kata Kuasa.

Semuanya lebur dalam tari dan lagu kegembiraan. (EDL)

Dalam acara Mburo Ateh Tedeh di Cimahi, mereka melebur jadi satu lalu menyanyi dan menari bersama dalam suasana persaudaraan. Menu yang disajikan pun khas Karo, tapi tanpa menu daging babi.

Melalui Mburo Ate Maneh ini mereka juga memperkenalkan budaya Karo kepada anak-anak mereka. Yang menggembirakan, walau lahir di luar Tanah Karo, anak-anak mereka tetap antusias menyanyi dan menarikan tarian Karo.

See also  Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Periode 2022-2026

“Kecintaan anak-anak pada budaya Karo semacam ini tergantung dari orang tua yang selalu mengingatkan bahwa mereka memiliki budaya nenek moyang sebagai identitas mereka sebagai orang Karo. Ini budaya kita. Kita harus lestarikan,” pungkas Kuasa. (EDL)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*