Membaca Gejala ”Minta Tukar Tambah Gubernur”

Ilustrasi Dedi Mulyadi bersama pemulung, (KDM)

Oleh Emanuel Dapa Loka, Wartawan, Tinggal Bekasi

Seorang emak-emak dari Aceh viral di Medsos karena permintaannya yang nyeleneh. Dia minta Kapolri Listyo untuk menangkap Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Sepintas, orang kaget dan bertanya: Dedi Mulyadi telah membuat kejahatan apa?

Ternyata maksud di balik permintaan itu: agar Dedi dibawa ke Aceh untuk menjadi gubernur masyarakat Aceh.  ”Kang Dedi keren. Kami di Aceh butuh orang kayak Bapak. Ayo sesekali ke Aceh. Ayo Kapolri ditangkap, dibawa ke Aceh,” kata emak-emak itu. Jelas ini ”Aspirasi iseng”, namun ”Keren”.

Ada juga seorang bapak gondrong dari Jawa Timur yang minta tukar tambah gubernur. Dia mau menukar gubernurnya Kofifah dengan Dedi Mulyadi. Ini juga ”Aspirasi iseng”, tapi keren juga.

Apa yang bisa dibaca dari ”Aspirasi iseng” tersebut? Secara aturan perundang-undangan, tidak mungkin. Kata kelompok lawak Srimulat: ini sebuah hil yang mustahal.

Terutama sejak dilantik menjadi Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi alias KDM bagai magnet yang menarik perhatian seluruh rakyat Indonesia. Aksi-aksinya yang Gercep alias gerak cepat disukai masyarakat yang memang sudah merindukan aksi konkret pemimpin.

Masyarakat sudah bosan dengan pidato-pidato, apalagi tetap ada pemimpin yang masih suka menebar janji. Pemimpin semacam ini lupa bahwa dia sudah berada di ”Medan kerja”, bukan di arena kampanye lagi. Tak perlu menebar janji alias berjanji akan ini atau akan itu lagi.

Jawab Kerinduan

Persis kerinduan itu yang Dedi Mulyadi jawab dengan aksi-aksinya yang ”Tidak pakai ribet”. Saat turun ke tengah-tengah masyarakat dengan segala tantangan dan persoalan masyarakat, KDM bawa serta akal yang fajar dan hati cerah. Dengan itu dia mampu ”Meneropong” hati dan kerinduan rakyatnya.

See also  Perbudakan dan Pembebasan

Dengan itu pula, Dedi mengambil keputusan dengan cepat di lapangan, tanpa harus terlebih dahulu menggelar rapat yang kadang-kadang tak ubahnya ”Cara” untuk menghindari aksi eksekusi dengan cepat.

Dedi bisa melakukan itu semua, selain karena melibatkan hati dan akalnya secara penuh, juga karena pengalamannya yang tidak sedikit dalam melayani rakyat. Bayangkan 10 tahun menjadi Bupati Purwakarta, 5 tahun menjadi wakil bupati Purwakarta. Belum lagi pengalamannya menjadi anggota DPR RI.

Semua pengalamanan itu membuatnya matang, dan yakin dengan keputusan-keputusannya. Dan lebih dari itu semua, ”Keinginan yang besar nan tulus untuk melayani rakyat” menjadi energi, bahkan semangat berlipat-lipat.

Itulah juga yang membuat Dedi selalu kaya dengan gagasan, semangatnya berkobar-kobar, mampu menyuntikkan semangat dan rasa bangga kepada masyarakat Jawa Barat.

Dedi tahu betul bahwa ketika di hati masyarakat sudah tumbuh rasa bangga terhadap daerahnya, juga terhadap pemimpinnya, maka mereka bisa dengan mudah diajak untuk bergerak bersama menuju tujuan yang meraka rindukan, yakni hidup secara layak dan sejahtera.

Dedi memberi contoh konkret sekonkret-konkretnya. Dia rupanya memeluk teori kepemimpinan Jerry McClain yang mengatakan Contoh terbaik kepemimpinan adalah kepemimpinan dengan contoh yang baik pula.

Gagasannya untuk membebaskan pajak kendaraan bermotor beberapa bulan yang lalu disambut dengan sangat antusias oleh masyarakat, bahkan kebijakan ini diduplikasi oleh sejumlah gubernur.

Belum lagi aksi-aksinya yang rela berbagi dengan masyarakat di mana-mana. Sebagai pemimpin yang tumbuh dari bawah dan hidup menjelata dalam berbagai kekurangan, Dedi paham betul bagaimana rasanya tidak memiliki apa-apa.

Dia juga tahu dengan pasti bagaimana perihnya hati seorang ibu tatkala tidak bisa mengobati buah hati yang sakit. Dia pun bisa merasakan dengan hatinya yang terpelihara saat ada orang tua yang tak mampu membiayai sekolah dan mimpi anak mereka yang mengebu-gebu melanjutkan pendidikan.

See also  Konklaf, Menunggu Paus ke-267

Dia juga bisa meraba atau melihat ke depan, bagaimana jadinya generasi masa depan Jawa Barat, jika sekian banyak ”Anak bermasalah” tak tertangani secara konkret. Dia tidak rela mereka terjebak dalam gank motor, menjadi pembuat onar dan pembangkang di hadapan orang tua. Generasi macam apa yang diharapkan ke depan?

Berangkat dari ”Bisa merasa” itu, dia melakukan kebijakan mengirim anak-anak bermasalah untuk ditempa di lingkungan tentara atau barak tentara.

Tidak cukup sampai di situ, dia datang ke lokasi, menjumpai anak-anak yang sedang digembleng untuk memotivasi dan menyirami cinta mereka pada orang tua yang mereka kecewakan.

Dia pun tahu bahwa tidak semua yang dia lakukan mendapatkan sambutan positif dari berbagai pihak. Namun dengan hati dan pikirnya, dia tahu dan merasakan bahwa yang dia lakukan berguna bagi masyarakatnya.

Bukannya dia mengabaikan suara-suara yang mengeritiknya, tapi kritik-kritik itu akan dia jadikan sebagai pertimbangan untuk mengevaluasi kebijakannya.

Sebagai pemimpin, dia harus bisa mengambil keputusan. Namun terbuka terhadap ”Kritikan”. Namun sebelum ”Takluk” pada kritikan, dia terlebih dahulu membuktikan dengan kerja-kerja nyata dan terukur bahwa keputusan atau programnya benar dan berguna.

Tentu saja, untuk bisa begitu, seorang pemimpin harus punya kapasitas yang didasarkan pada pertimbangan moral etis dan akademis atau intelektual.

Dedi adalah tipe pemimpin yang mau, dan langsung bekerja. Dia paham betul bahwa saat ini, bukan saatnya lagi membuat janji-janji—apalagi janji-janji muluk. Maka lihatlah! Dia langsung turun membersihkan kali, mengontrol para pengerja atau kontraktor yang mengeruk  kali dan sebagainya.

Melalui kerja-kerja konkret nan penuh simpatik yang publikasikan melalui akun youtubenya Kang Dedi Mulyadi (KDK), Dedi Mulyadi berhasil merebut hati dan perhatian. Dia merasa perlu action sebagai penggerak semangat masyarakat.

See also  Hadapi Praperadilan Hasto, KPK Tunjukkan Sikap Pengecut

Dedi bukanlah pemimpin yang banyak berteori. Dia mengandalkan kecerdasan dan kekuatan atau ketajaman intusi. Dengan itu dia berani melakukan hal-hal yang menurut pikir dan rasanya berguna dan penting bagi masyarakat. Tentu saja bukan tanpa hitung-hitungan.

Kecerdasan, ketulusan, kerinduan untuk membebaskan rakyatnya dari berbagai masalah, menuntunnya melakukan hal-hal baik secara terukur.

Sebagai pemimpin yang tumbuh dari masyarakat lumrah seperti kebanyakan rakyat Jawa Barat, Dedi ingin hadir dalam kegembiraan, harapan, duka dan kecemasan rakyatnya. Lalu bersama mereka, bergerak ke sebuah pelataran yang telah lama dirindukan bersama, yakni ”Pelataran Adil dan Sejahtera” yang dijanjikan oleh negara dalam konstitusi.

Selamat berkarya, Kang Dedi. Rakyat pasti mendukungmu. Lihatlah bagaimana rakyatmu mau bergerak membelamu ketika ada Ormas yang mengancam mau mendatangi Gedung Sate. Ini sungguh karena cinta. Yakinlah, rakyatmu sedang menyusun semangat untuk berlari bersamamu menuju ”Jawa Barat Istimewa”.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*