MEMBAWA ANAK KEPADA TUHAN

Oleh Pater Kimy Ndelo, CSsR

Suatu hari para biarawan sebuah biara mengundang seorang rabbi untuk memberikan nasihat. Kebetulan saat itu kehidupan di biara memprihatinkan.

Mereka bermusuhan satu sama lain, iri dan saling menipu. Mereka tidak percaya dan tidak menghargai apalagi mengasihi dengan tulus.

Salah seorang anggota biara bertanya apa yang bisa mereka buat agar kehidupan biara menjadi kembali baik dan persaudaraan sejati tercipta.

Rabbi itu menjawab: “Salah seorang dari kalian adalah Mesias”. Mereka tersentak kaget. Siapakah dia? Mulailah rumor dan bisik-bisik beredar di kalangan para biarawan. Jangan-jangan si ini? Jangan-jangan si dia. Karena tidak tahu pasti siapa dia, mereka mulai saling memperhatikan, saling menghormati, dan saling mengasihi. Mereka tidak ingin berlaku salah terhadap Mesias. Dengan itu kehidupan membiara berubah menjadi lebih baik dari hari ke hari.

Mau Lihat Orang Kudus?

Hari ini adalah Pesta Keluarga Kudus. Injil mengisahkan tentang Yosef dan Maria membawa Putra sulung mereka dipersembahkan ke Bait Allah menurut Hukum Musa. Pesta ini juga dalam tradisi Yahudi adalah penyucian ibu yang baru melahirkan.

Putra sulung adalah milik Allah maka harus diberikan kepada Allah. Untuk “menebus”nya, kedua orangtuanya harus membayar lima shekel uang Yahudi (15 dinar/upah 15 hari seorang pekerja) kepada seorang anggota keluarga Imam Bait Allah.

Untuk penyucian ibu Maria, Yosef membawa sepasang burung merpati.

Keyakinan sebuah keluarga akan peran Allah dalam hidup mereka menjadi dasar mengapa keluarga Nazaret ini disebut keluarga kudus. Seorang anak bukanlah hak mereka tetapi adalah berkat dari Allah. Maka sepatutnya anak itu dibawa kepada pemiliknya.

Keluarga ini disebut “kudus” juga karena yang mereka besarkan dan didik adalah “Anak Allah”. Dia adalah Mesias yang dihadirkan ke dunia melalui mereka. Mereka mungkin tidak tahu seperti apa nanti bayi Yesus kelak dalam perjalanan hidup-Nya. Tapi mereka sungguh yakin bahwa Dia adalah bagian dari rencana Allah yang misterius.

See also  TIGA SENJATA

Yosef adalah contoh seorang bapak yang beriman dan tulus. Dia melakukan semua yang diperintahkan Allah tanpa bertanya. Dia adalah model baru seorang Abraham (bacaan pertama) yang juga melakukan semua yang dikehendaki Allah tanpa bertanya apalagi protes.

Santa Teresa dari Avila pernah berkata: “Pernahkah kamu melihat seorang kudus berdoa?”. Lalu dia menambahkan: “Jika belum, datanglah ke rumahku pada waktu malam. Kamu akan melihat ayahku berlutut di kamarnya, dengan tangan terentang berdoa untuk kami anak-anaknya”.

Dalam salah satu suratnya dia menegaskan: “Aku tidak pernah mendengar, atau melihat, atau mengalami sesuatu yang menjengkelkan hati Tuhan Yesus dalam keluarga kami”.

Ya, Keluarga Kudus adalah keluarga yang selalu menyenangkan hati Yesus; keluarga yang memperlakukan setiap anggota keluarga seolah-olah memperlakukan Mesias.

Salam dari Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba, NTT

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*