JAKARTA-Ketika memberi sambutan dalam pembukaan Sidang KWI pada 13 Mei 2024 di Gedung KWI, Ketua Umum PGI menyampaikan refleksi terkait esensi perayaan sebuah ulang tahun. Dalam hal ini berkaitan dengan ulang tahun ke-100 KWI yang akan berpuncak pada November 2024 dan tema sidang KWI Berjalan Bersama Gereja dan Bangsa.
Kata Pendeta Gomar, dalam tradisi gereja, perayaan ulang tahun biasanya disebut Jubileum, yang mengingatkan akan sukacita Tahun Yobel dalam Ulangan 15 dan Imamat 25.
“Tahun Yobel secara berkala mengajak kita untuk selalu kembali ke satu titik yang sama: penghapusan utang dan redistribusi tanah,” katanya.
Dalam kaitan dengan semangat Tahun Yobel tersebut, Gomar menaruh apresiasi terhadap pilihan tema Jubileum 100 Tahun persidangan KWI tersebut.
Pria asal Sumatera Utara itu mengaku memahami tema tersebut sebagai komitmen kolektif para Uskup bersama umat Katolik di Indonesia untuk memberlakukan tibanya tahun rahmat Tuhan dalam kehidupan bangsa, yakni pembebasan dari kemiskinan, bebas dari penyakit dan bebas dari berbagai belenggu penderitaan lainnya.
Menurutnya, panggilan tersebut sangat relevan dengan situasi masyarakat dan bangsa ini.
“Kita masih terus menyaksikan pengelolaan tata ruang yang masih belum sepenuhnya berpihak kepada rakyat kecil, utamanya masyarakat adat. Rejim sertifikasi tanah telah begitu mudah menegasikan sejarah tanah dan meminggirkan masyarakat adat, yang oleh sistem yang ada tidak memungkinkan mereka untuk memiliki sertifikat atas tanah yang ratusan tahun telah mereka diami,” kata Gomar.
Sebaliknya, lanjut Gomar lagi, kita juga menyaksikan bagaimana sekelompok orang bisa dengan mudah dan leluasa memiliki lahan berjuta hektar, bahkan dengan mengusir masyarakat adat yang ada di atasnya.
“Bagaimanakah kita berjalan bersama memberlakukan tahun rahmat Tuhan di tengah kondisi sedemikian?” tanyanya retoris.
Pada saat sama jelasnya, kita juga mestinya sangat risau dengan sistem hukum dan perekonomian kita yang masih memberi ruang buat praltik-praktik korupsi dan kolusi, sehingga distribusi pembangunan tidak berjalan baik, malah menumpuk di tangan kelompok tertentu saja.
Pendeta Gomar Gultom menengarai, korupsi merajalela dan masyarakat begitu permissif terhadap para koruptor, yang membawa bangsa ini kepada krisis moral yang tak terhingga
Lanjutnya, korupsi bukan hanya “penyelewengan dan penggelapan untuk keuntungan pribadi atau memperkaya orang lain” (KBBI 1999), tetapi terutama adalah kerusakan atau kebobrokan integritas, kebajikan atau prinsip moral. Kebobrokan moral manusia yang tidak mampu mewujudkan dirinya sebagai Gambar Allah.
“Dalam kondisi seperti inilah saya menganggap pentingnya kita semua berjalan bersama untuk mengatakan kepada negeri ini: kami menolak pemberlakuan sistem yang tidak pro rakyat sedemikian, dan mengajak negeri ini untuk menjamin distribusi yang adil dan pengelolaan tanah secara semestinya. Saya kira dengan langkah seperti ini kita telah turut menyambut seruan apostolik Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium, 24 Nopember 2013 lalu, yang sangat mendasar mengajak kita menempatkan Injil sebagai berita sukacita. Semoga kehadiran yang mulia Sri Paus makin mengokohkan semangat kita dalam memberlakukan Injil Kerajaan Allah di bumi Indonesia,” harap Gomar.
Di akhiri sambutannya, Pendeta Gomar mengundang para uskup untuk menghadiri Sidang Raya ke-18 PGI, yang akan berkangsung 8-15 November 2024 di Tanah Toraja. (EDL)
Leave a Reply