Puisiku ini lahir dari jiwa yang jengah,
sejengah mendung
yang menunda pecahnya gerimis
yang ingin bergegas jadi hujan
dan mungkin membadai
Puisiku ini sengit menyaksikan permainan
anak-anak senegeriku
yang tidak elok lagi,
sebab bertarung tidak imbang
di arena yang rapuh sebelah
Aku resah
jika nanti gerimis di balik awan itu pecah
lalu menjelma jadi hujan dan membadai
negeriku bisa luluhlantak
dan harus menyusun bata dari nol lagi
padahal kukira
ia telah berjumpa dengan pikir dan rasa
bermahkota gugus bimasakti
Leave a Reply