Stunting di Sumba dan Ketidakhadiran Negara

Oleh Arianti Malo, Mahasiswi  Prodi PBI, Universitas Katolik Weetebula

 Stunting telah jadi salah satu masalah besar di negara kita hari ini. Ia melanda banyak anak dan generasi masa depan. Ada berbagai alasan dan penyebab di balik maraknya stunting di Indonesia.

Per definisi, stunting adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya tinggi badan anak apabila dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Penyebab utama dari stunting adalah kurangnya asupan nutrisi selama masa pertumbuhan anak.

Stunting pada anak dapat menyebabkan beberapa gejala, seperti pertumbuhan tulang yang tertunda, berat badan rendah dan badan yang lebih pendek dari anak seusianya. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2021 mengartikan stunting sebagai gangguan pertumbuhan dan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badan di bawah standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan. Masih ada lagi penyebab stunting.

Dampak stunting pada anak akan terlihat pada jangka pendek dan jangka panjang. Pada jangka pendek berdampak terhadap pertumbuhan fisik, yaitu tinggi anak di bawah rata-rata anak seusianya. Selain itu, juga berdampak pada perkembangan kognitif dikarenakan terganggunya perkembangan otak sehingga dapat menurunkan kecerdasan anak.

Sedangkan untuk jangka panjang, stunting akan menyebakan anak menjadi rentan terjangkit  penyakit seperti penyakit diabetes, obesitas, penyakit jantung, pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas di usia tua.

Selain itu, dampak jangka panjang bagi anak yang menderita stunting adalah berkaitan dengan kualitas SDM suatu wilayah. Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa. Jika stunting tidak segera diatasi hal ini tentunya akan menyebabkan penurunan kualitas SDM di masa yang akan datang.

Berkat dukungan para donatur, Suster-suster ADM memberikan makanan tambahan bergizi kepada anak-anak di Paroki Santo Paulus, Kodi. (ist)

Di Mana Negara?

See also  Jurdil itu, Saat KPU Memiliki Jiwa Kenegarawanan

Dalam situasi yang demikian ini, pertanyaan yang sepatutnya diajukan adalah, di manakah negara? Ketika masyarakat di suatu negara mengalami kemiskinan, pengangguran dan penyakit, pertanyaan pertama yang pasti dimunculkan adalah, di manakan negara? Apa yang telah dibuat negara dan apa yang tidak dibuat negara sehingga  suatu peristiwa naas bisa terjadi dan bahkan berulang serta bertahan lama.

Dalam konteks di Sumba Barat Daya (SBD), dan juga di kabupaten lain di NTT yang tingkat stuntingnya masih tinggi, pertanyaan yang juga layak diajukan adalah di manakah pemerintah? Logikanya sederhana, kalau masih ada banyak stunting dan kemiskinan atau permasalahan yang sejenis, maka kesimpulannya tidak bisa lain selain kealpaan pemerintah  atau ketidakberhasilan pemerintah.

Dalam hal ini stunting merupakan isu pokok dan emergency yang harus ditanggapi dengan serius oleh pemerintah Kabupaten SBD. Sesuai dengan arahan Presiden Republik Indonesia, upaya penurunan stunting tidak hanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, tetapi diharapkan bisa dilakukan oleh semua pihak, baik itu pemerintah desa, pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Dengan adanya sinergi dan kerja sama di berbagai sektor pemerintahan diharapkan bisa menurunkan angka stunting di Indonesia lebih utama di wilayah SBD.

Memang sudah banyak upaya yang ditempuh oleh pemerintah SBD untuk memerangi stunting. Upaya-upaya yang demikian ini sangat perlu diapresiasi, lepas dari banyak ketidakberhasilannya. Hal ini terbukti dari data analisis terkait prevalensi stunting Indonesia pertengahan tahun 2023 adalah 21,6 persen sementara target yang ingin dicapai pemerintah adalah 14 persen.

Angka Stunting di NTT menurun hingga 15,2 persen di tahun 2023. Di tahun yang sama angka stunting Kabupaten SBD mencapai 24 persen atau 7.737 anak stunting. Kita berharap di tahun 2024, tingkat stunting di Indonesia semakin menurun (semakin membaik).

See also  Pancasila Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Emas

Berdasarkan fakta, Sumber Daya Alam (SDA)  di Sumba, khususnya di SBD sangat mendukung untuk kesehatan anak. Sebut saja, tanah yang subur untuk menanam berbagai jenis sayuran dan makanan, ternak hewan yang bisa dikonsumsi untuk asupan gisi serta ikan yang tidak kurang. Tetapi pertanyaanya adalah mengapa SDA di SBD bagus tetapi banyak anak yang mengalami stunting?

Pemahaman Rendah

Hemat saya, peningkatan stunting ini terjadi karena rendahnya pemahaman masyarakat setempat dan kurangnya edukasi terkait stunting pada anak-anak, juga kurangnya kepekaan dan kepedulian pemerintah terhadap realitas yang sedang dialami oleh masyarakat setempat.

Dalam situasi yang demikian ini, pemerintah harus hadir untuk memberikan pengetahuan tentang hidup sehat (literasi kesehatan) dalam berbagai aspek, baik itu makanan, lingkungan dan kesehatan orang tua. Hal ini menjadi sangat penting mengingat banyak masyarakat kita belum melek hidup sehat dalam keluarga.

Pemerintah SBD perlu melakukan aksi dan kerja sama  dengan berbagai pihak secara lebih progresif untuk mengentas masalah stunting ini. Selain melakukan literasi hidup sehat, ada beberapa upaya yang juga harus segera dilakukan kini dan di ini secara continue. Pertama, perhatikan asupan gizi dan nutrisi bagi ibu hamil dan ibu menyusui. Hal ini bisa juga dilakukan dengan memperhatikan pola makan dengan mengomsumsi jenis makanan beragam dan seimbang. Kedua, lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi ibu hamil, bayi dan balita.

Ketiga, atasi permasalahan anak yang susah makan dengan cara memberikan variasi makanan kepada anak. Keempat, jaga sanitasi lingkungan tempat tinggal yang baik bagi keluarga. Kelima, berikan edukasi dan penyuluhan bagi ibu hamil dan menyusui terkait stunting. Keenam, dorong para ibu untuk senantiasa mencari informasi terkait asupan gizi dan nutrisi yang baik bagi tumbuh kembang anak. Ketujuh, lakukan vaksinasi lengkap semenjak bayi lahir sesuai dengan anjuran dan himbauan IDAI.

See also  Pemimpin Sejati di Mulut Buas Kartel Politik

Sesuai dengan amanat Presiden Republik Indonesia mengenai percepatan penurunan stunting demi mewujudkan Indonesia Emas 2045, Kementerian Keuangan telah menyiapkan anggaran untuk menangani stunting yang terdiri atas anggaran untuk Kementerian/Lembaga di pemerintah pusat, Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik.

Dengan anggaran yang tersedia untuk menangani stunting tersebut diharapkan kasus stunting di Indonesia menurun, dengan target 14% di tahun 2024. Pastikan SBD bergerak untuk masa depan bangsa dan negara.**

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*