Ketika Goresan  Anak-anak Berkebutuhan Khusus Ungkapkan ”Yang Tak Sempat Terucap”

Karya anak-anak berkebutuhan khusus "Yang Tak Sempat Terucap" (Ist)

Timotius Suwarsito atau Kak Toto, Founder ”Outsider Art JKT” menyadari bahwa tidak semua hal yang hendak diungkapkan bisa tersampaikan secara verbal. Belum lagi kalau ucapan itu ibarat kata-kata tanpa makna seperti yang biasa kita dengarkan dari banyak mulut.

”Tong kosong nyaring bunyinya”, atau ”Ngemeng doang”.  Setidaknya, dua ungkapan tersebut mewakili batin orang yang terusik atau bahkan marah dengan gejala tersebut.

Kak Toto (Detik.com)

Melalui pameran bertajuk  Yang Tak Sempat Terucap (9 Februari8 Maret 2025), pria lelaki kelahiran Jakarta

26 Januari 1975 ini mau mengajak masyarakat mendengarkan yang tak terucap dari dasar jiwa dan batin para peserta pameran melalui goresan tangan yang digerakkan oleh imajinasi dan daya kreasi mereka.

Mereka adalah ”Anak-anak berkebutuhan khusus” atau Special Needs dengan segala keterbatasan baik fisik, mental dan daya pikir.

Meski begitu, karya-karya yang mereka pamerkan ”Melampaui” semua keterbatasan itu, bahkan bisa menggerakkan daya imajinasi, refleksi dan daya pikir setiap orang yang melihat karya-karya tersebut.

Dari lukisan-lukisan itu terdengar, terbaca, terenungi banyak pesan yang tak terucap, tak tertulis dan tersirat.

Outsider Art JKT adalah sebuah komunitas seni yang didirikan oleh Timotius Suwarsito untuk memberikan ruang ekspresi dan apresiasi bagi sahabat-sahabat difabel, khususnya anak-anak berkebutuhan khusus.

Komunitas ini bertujuan untuk mendukung perkembangan seni inklusif serta membuka peluang bagi mereka untuk mendapatkan pengakuan dan apresiasi yang lebih luas di dunia seni.

Tema Yang Belum Sempat Terucap mencerminkan bagaimana seni menjadi media ekspresi yang mendalam bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Melalui warna dan bentuk kata Kak Totok, mereka mengasahkan perasaan, pengalaman, serta imajinasi mereka yang mungkin sulit diungkapkan dengan kata-kata.

See also  Puisi Jengah Emanuel Dapa Loka
Karyaku, ungkapan jiwaku

Bangun Ekosistem Seni

Menurut pengamatan Kak Toto, background yang mengajar anak berkebutuhan khusus, seringkali bukan seniman, sehingga karya mereka tidak maksimal.

Alumnus Universitas Satya Negara Jakarta pada Fakultas Ekonomi/Manajemen ini mulai memberikan tutor lukis bagi anak autisme sejak 2004. Ia merasa terpanggil karena minimnya pengajar yang menelaah bakat anak autisme dengan background pelukis.

Hal ini sejalan dengan visi ”Membangun ekosistem seni yang inklusif bagi anak-anak berkebutuhan khusus, agar mereka memiliki ruang untuk mengekspresikan diri dan memperoleh apresiasi yang setara dengan seniman lainnya”. Dan misi ”Memberikan wadah bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk mengembangkan kreativitas dan kepercayaan diri mereka”.

Kak Toto pun mematok tujuan pameran tersebut Pertama, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang potensi luar biasa dari anak-anak berkebutuhan khusus dalam bidang seni. Kedua, untuk membantu mereka membangun portofolio seni yang dapat membuka peluang profesional di dunia seni rupa. Dan ketiga, Menciptakan jembatan antara seniman berkebutuhan khusus dengan kolektor, institusi seni, dan masyarakat luas.

Karya salah satu peserta Randy Jermy Toh berjudul “The Beauty of The Sea”

Serentak dengan itu, pameran tersebut untuk memberikan pengalaman pameran yang profesional bagi para seniman berkebutuhan khusus, meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya seni mereka dan mendorong lebih banyak kolaborasi antara komunitas seni, institusi dan individu dalam mendukung seni inklusif, dan membantu para seniman membangun personal branding dan portofolio yang kuat.

Pameran yang melibatkan 60 seniman berkebutuhan khusus ini menghadirkan lukisan-lukisan dengan tema beragam, tergantung pada pengalaman, emosi, dan perspektif masing-masing seniman. Ada yang menggambarkan perasaannya, ada pula yang terinspirasi dari lingkungan sekitar, imajinasi, atau bahkan mimpi mereka. ”Setiap karya memiliki cerita unik yang membuatnya sangat menarik untuk diapresiasi,” jelas Kak Toto.

See also  Pelajaran Psikologis Menakutkan dari Film Venom “2: Let There Be Carnage”
Dari hati yang jujur terpancar kejujuran.

Kejujuran Ekspresi

Kak Toto sendiri menilai setiap karya peserta tidak hanya dari aspek teknis, tetapi lebih pada kejujuran ekspresi dan bagaimana mereka menuangkan perasaan serta pemikiran mereka ke dalam kanvas.

”Seni mereka memiliki ketulusan dan keunikan yang sulit ditemukan dalam karya seniman pada umumnya. Mereka menciptakan sesuatu tanpa batasan konvensional, yang justru menghasilkan keindahan yang autentik dan menginspirasi,” jelas Kak Toto.

Yang menarik juga, hasil penjualan lukisan sepenuhnya akan diberikan kepada seniman sebagai bentuk dukungan dan apresiasi atas karya mereka.

Selain itu, sebagian dana juga akan digunakan untuk mendukung kegiatan seni mereka ke depan, seperti penyediaan alat dan bahan melukis, workshop, serta program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan mereka.

Kak Toto berharap ke depan makin terbuka kesempatan yang luas bagi lebih banyak seniman berkebutuhan khusus untuk bergabung.

Tentu saja dengan itu semakin banyak hal tak terucap yang bisa ”Terdengar” atau yang tak tertulis bisa ”Terbaca” atau bahkan tersirat pada kanvas para Special Needs ini. (EDL/Lapier/01)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*