Pendeta Gomar Gultom: Toraja Simpan Misteri Luar Biasa, Namun Kurang Dapat Perhatian

Pendeta Gomar Gultom bersama Menferi Agama RI Prof Dr Nassarudin Umar dan panitia.

TANA TORAJA-Ketika memberikan sambutan pada Sidang Raya ke-18 PGI di Toraja pada 8 November 2024 di hadapan peserta SR, para undangan dan Menteri Agama RI Nassarudin Umar, Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom secara terus terang menyampaikan harapan kepada Menag yang baru itu.

“Gereja-gereja di Indonesia menaruh harapan besar kepada Bapak dalam membangun kehidupan beragama yang toleran, sehingga seluruh umat beragama dapat hidup berdampingan secara damai, diikat oleh semangat toleransi, yang merupakan DNA bangsa masyarakat kita,” kata Gomar.

Lebih lanjut Gomar mengatakan bahwa pekerjaan rumah bangsa ini tak ada habisnya. Ia menyebut ragam masalah kemanusiaan dan perusakan lingkungan yang begitu masif, termasuk penegakan HAM di Papua, aksi-aksi intoleran dan ragam penutupan gereja sebagai contoh. Berbagai masalah ini menantang semangat oikoumenis kami, Pak Menteri.

Lokasi Daerah Terpencil

Gomar juga ”Melaporkan” bahwa dalam beberapa dekade terakhir ini, PGI memilih lokasi persidangan di daerah-daerah terpencil walau dihadapkan pada risiki fasilitas yang sangat terbatas dan transportasi tidak mudah. Akibatnya memang sangat mahal.

”Sekalipun demikian, kami tetap memilih di sini sebagai ungkapan rasa solidaritas kami atas saudara-saudara kami di daerah yang jauh dari pusat kekuasaan, jauh dari tempat di mana kita menikmati kenyamanan dengan mudah.”

Kepada Menteri, Gomar menyampaikan bahwa Toraja menyimpan misteri yang luar biasa. Penduduknya besar, dan SDM-nya luar biasa, tapi nampaknya kurang mendapat perhatian pemerintah dalam pembangunan.

”Saya berani katakan sangat kurang. Buktinya, Makassar Toraja yang hanya 315 Km, harus ditenpuh 8-9 jam, dan sejak Enrekang, yang tersisa 84 Km harus ditempuh 3 jam. Tentu itu membawa implikasi atas cost of life yang tinggi bagi masyarakat, dan produk daerah ini akan kalah bersaing dengan produk dari daerah lain,” kata Gomar lagi.

See also  Presiden Jokowi Lantik Abdullah Azwar Anas sebagai MenPAN-RB

Maka tak heran lanjutnya, kalau orang Toraja cenderung merantau. Jangan-jangan Toraja diaspora lebih besar jumlahnya dari orang Toraja yang tinggal menetap di sini.

Meski begitu, Pendeta Gomar mengatakan, karunia Tuhan tidak kurang bagi masyarakat Toraja. Toraja diaspora sangat terberkati dan memberkati masyarakat di manapun. Mereka pekerja keras.

”Tapi itu tidak menjadi alasan bagi pemerintah, Pusat maupun Sulsel, untuk tidak memasukkan pembangunan Toraja dalam skala prioritas. Toraja ini adalah kepingan sorga yang jatuh di bumi, dan harus kita syukuri,” ujarnya.

Hidup sebagai Terang

Pada bagian lain sambutannya, Pendeta Gomar mengajak umat Kristen untuk hidup sebagai terang yang membuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran.

“Di tengah dunia post truth sekarang ini, kita makin sulit menemukan dan memahami kebenaran, karena sering ‘kebenaran’ dipabrikasi dan dikendalikan untuk maksud-maksud tertentu, dan kebaikan dan keadilan bisa menjadi sumir.

“Dengan membuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaranlah kita menaati panggilan oikoumenis kita untuk menjadi terang,” terang pria yang sebentar lagi akan berakhir masa kepengurusannya di PGI. Periode ini adalah periode kedua Pdt Gomar Gultom menjadi Ketua Umum PGI. (EDL)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*