
Setelah lama tidak terdengar banyak kabar tentang Pater Wilfried Lienesch, CSsR setelah meninggalkan Indonesia sekitar 25 tahun lalu, ”Tahu-tahu” tersiar kabar dari Komunitas Redemptoris di Indonesia kabar mengenai ”Kepulangan” Pater Wilfried ke rumah Bapa di Surga pada usia 76 tahun.
Kabar duka tersebut lalu dengan cepat menyelinap di Medsos. Beranda-beranda FB umat Katolik dari Keuskupan Weetebula, terutama dari Paroki Kristus Raja Waimangura penuh dengan ucapan ”Selamat jalan” disertai doa bagi keselamatan jiwa imam yang dikenal sebagai “Ahli air” itu.
Ya, imam yang selalu bersemangat saat bernyanyi sambil menggoyang-goyangkan kepalanya itu berpulang pada Selasa, 22 Januari 2025 di Biara Redemptoris, Trier, Jerman.
Kepalanya yang bergerak ibarat gerak tangan dirigen yang mengarahkan anggota koor atau umat bernyanyi mengikuti birama yang benar. Pemain organ dan flute andal itu selalu bernyanyi dengan birama yang benar. Dia tidak peduli dengan umat yang cenderung ”Menciptakan” birama sendiri yang selalu lambat.
Ahli Air
Predikat ”Ahli air” itu melekat padanya karena ia sering kali mempraktik cara mengetes sumber air di sebuah tempat menggunakan cabang kayu seperti gagang ketapel (namun lebih panjang).
Jika unjung ujung pertemuan dua cabang kayu yang dia pegang menjulur dari dadanya terangkat, berarti di situ ada sumber air. Dan besar tidaknya sumber air di tempat itu akan terasa dari kekuatan cabang kayu tersebut saat ”menaik”.
Deskripsi tersebut barangkali kurang bisa dipahami oleh pembaca yang tidak familiar dengan cara tersebut.
Tapi bagi umat Katolik di Paroki Waimangura, cara tersebut sangat familiar, sehingga dengan cepat bisa memahami sebab hal tersebut sering diajarkan oleh Pater Wilfried.
Banyak umat kemudian bisa menemukan sumber air dengan mempraktikkan cara tersebut.
Seperti dikisahkan oleh Pater Willy Ngongo Pala, CSsR, selama menjadi pastor paroki, Pater Wilfried paling rajin meminta Misi Umat, sebuah pendampingan umat yang khas Redemptoris.
Misi Umat ini dilakukan dengan gaya live in dan penuh dengan kegiatan yang membangkitkan iman dan semangat umat untuk menggereja.
”Kami selalu dengan senang hati membantu reksa pastoralnya di paroki yang sangat besar pada masa itu,” kata imam yang kini melayani di Paroki Santo Aloysius Gonzaga, Jakarta itu.
Pater Wilfried jelas Willy, dikenal karena disiplinnya oleh umatnya. Jam yang dia sepakati dengan umat untuk misa pasti dia taati. ”Entah banyak umat atau tidak, beliau akan mulai. Dia mengangkat dan memimpin lagu. Kalau tidak ada lektor lain, maka pembina umat akan membacakan bacaan pertama,” kenang Willy.
Meski dia melayani sendirian di Paroki Waimangura, dia pastikan bahwa semua stasi terlayani ekaristi dalam bulan itu. Karena itu dalam pertemuan rutin guru agama dia bersama PUGA, ia selalu menyusun jadwal yang baik.
”Jika tidak dapat misa pada hari Minggu, umat akan dilayaninya pada hari lain. Jadi ada tourney,” jelas Willy lagi.
Sikap missionernya, tambah Willy, sangat menginspirasi. ”Dia tidak tunggu hari Minggu baru melayani. Dia berusaha sebisa mungkin agar umat merayakan ekaristi.”
Bakat dan minatnya pada teknologi dan antariksa sangat mumpuni. Kalau tidak salah ingat, tulis Willy di beranda FB-nya, dengan bakat tersebut dia dipercaya oleh BPPT RI dan Pemerintah Republik Federal Jerman (Jerman Barat) untuk mengurus instalasi dan perawatan panel surya pengadaan air di NTT.
Untuk tugas tersebut, dia mendapat pengargaan dari Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jerman.
Selamat pulang ke rumah Bapa di Surga. Teruslah menggoyang-goyangkan kepalamu saat menyanyi agar teman-teman penghuni surga terus memuji Tuhan dengan birama yang benar.
Beristirahatlah dalam damai karena kerahiman Tuhan. Tetap doakan umatmu di Sumba, terutama di Paroki Kristus Raja, Waimangura. (EDL/Lapier/07)
Leave a Reply