Bercermin pada Model Kepemimpinan Yesus

Oleh Dionisius Raymundus Popo, Mahasiswa Prodi Pendidikan Keagamaan Katolik, Universitas Katolik Weetebula, Sumba, NTT

Pemimpin yang baik dan tepat berbanding lurus dengan kesejahteraan orang-orang yang dipimpinnya. Karena itu, kita harus cermat dan cerdas dalam memilih pemimpin.

Hari-hari ini kita diuji atau ditantangan: bisa memilih pemimpin yang tepat atau tidak. Mengapa? Karena di tangan sang pemimpin yang kita pilih itulah, kita percayakan nasib wilayah yang kita tinggali. Salah memilih pemimpin, berarti kita telah mengorbahkan wilayah kita beserta isinya selama lima tahun bahkan lebih.

Kata pepatah ”Pengalaman adalah guru terbaik”. Bagaimana kinerja pemimpin yang telah kita pilih lima tahun lalu? Sudah tepat atau belum? Kita salah memilih atau tepat dalam menentukan pilihan? Alat ukurnya adalah hasil yang sang pemimpin itu capai selama lima tahun kepemimpinannya.

Weschler dan Massarik (1961) mengatakan kepemimpinan merupakan pengaruh antar priadi, yang dijalankan dalam situasi tertentu, dan diarahkan melalui proses komunikasi, untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, seorang pempimpin menjadi penentu jalannya sebuah organisai atau lembaga. Pertanyaannya, apakah kita akan memilih pemimpin yang kita yakini berkualitas, bisa memimpin dengan baik atau karena unsur lain seperti bisa membayar atau hanya karena keluarga?

Dalam menentukan pilihan, kita harus memakai pertimbangan-pertimbangan rasional, bukan sekadar menggunakan perasaan. Sudah saatnya kita menjadi pemilih yang cerdas dan cermat. Kita membutuhkan pemimpin yang bisa menyejahterakan rakyat dan bukan hanya menyejahterakan diri sendiri dan keluarganya.

Untuk itu, kita harus tahu program-program pemimpin itu; apakah program itu efektif atau sesuai dengan yang masyarakat butuhkan atau malah sebaliknya. Di sinilah kualitas calon pemimpin dapat terbaca. Setelah melihat dan tahu programnya, timbang baik-baik: masuk akal atau tidak? Bisa dilaksanakan atau tidak? Berguna atau tidak untuk masyarakat atau tidak, dan seterusnya.

See also  Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas, Bukti Komitmen Negara dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

Persoalan Besar

Yang menjadi persoalan besar di antara kita, kita sering kali memilih karena uang dan karena sistem keluarga dibandingkan melihat kualitas dan kinerja yang baik. Hal ini perlu perhatian serius!

Yesus Kristus adalah Pemimpin Sejati. Demi orang-orang yang dipercayakan Bapa-Nya kepada-Nya, Dia rela berkorban bahkan nyawa Dia serahkan, walau dengan amat tragis: mati di Salib hina. Yesus berkorban sampai tuntas.

Seorang pemimpin harus memiliki sikap berkorban bagi kepentingan orang lain. Rela mengorbankan keinginan, kesenangan, kepentingan, waktu, materi, pikiran dan sebagainya. Kalau tidak siap untuk itu, jangan menjadi pemimpin.

Selain menunjukkan sikap total dan pengorbanan, Yesus juga memberi teladan dalam hal pengampunan dan kerendahan hati. Yudas, murid-Nya mengkhiati dengan menjual Dia kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat. Yesus tidak marah, sebaliknya mengampuni.

Dalam hal kerendahan hati, Rasul Paulus mengatakan dalam Filipi 2:6-8: Yesus tidak menganggap kesetaraan-Nya dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan-Nya. Dia justru merasa harus mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa sebagai hamba dan menjadi sama seperti manusia dan merendahkan diri serta taat sampai mati di kayu salib.

Yesus rela meninggalkan semuanya untuk menjadi manusia padahal seperti kata Yohanes 10:30 Dia dan Bapa adalah satu.

Yesus juga adalah teladan dalam kejujuran. Saat dianiaya dan disalibkan, Dia tidak pernah sedikit pun berbicara bohong agar dibebaskan. Seorang pemimpin perlu mencontohi sikap ini. Tidak ada pemimpin yang berhasil hanya dengan bermodalkan kebohongan.

Organ Negara

UUD 1945 secara jelas mengatakan bahwa pemimpin menjadi organ negara yang bertugas dan bertanggung jawab untuk menjalankan roda pemerintahan negara dengan tujuan untuk menghadirkan rasa keadilan, persamaan, kemerdekaan, dan kesejateraan untuk semua warga.

See also  Tatkala Ratu Wulla Mengincar Kursi SBD 1

Artinya, pemimpinlah yang menentukan baik dan tidaknya negara, oleh karena itu kita harus benar-benar menetukan pilihan kita dengan baik dan memilih pemimpin yang benar-benar bisa menjalankan tanggung jawab sebagai organ negara.

Jadi, pilihlah pemimpin yang rendah hati, bertanggung jawab, merakyat. Pililah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang benar, bukan karena suap. Pemilih yang cerdas akan memilih pemimpin yang berkualitas dan bertanggung jawab.

Ingat! Pemimpin bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya.

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*