
Salah satu hal yang DR (HC) Irwan Hidayat paling syukuri dalam pergulatannya merawat dan membesarkan PT Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul miliknya adalah kesadaran untuk berhenti meniru dan segera melakukan ”Lompatan baru”.
Irwan akui, dalam kurun waktu 1969 sampai 1985, dia seperti bekerja sia-sia alias tanpa hasil. Ternyata, hal itu disebabkan oleh karena dalam rentang waktu itu ia hanya meniru berbagai hal yang dilakukan oleh beberapa perusahaan jamu, yakni Jamu Jago, Air Mancur dan Nyonya Meneer yang sudah lebih dulu besar dan memiliki nama.
Dibandingkan dengan pabrik-pabrik tersebut, Sidomuncul jauh tertinggal. ”Padahal segala upaya sudah kami lakukan, termasuk meniru segala çara yang ketiga perusahaan jamu tersebut lakukan,” kata Irwan.
Irwan misalnya membuat meja seduhan Sidomuncul berbentuk segitiga dengan warna biru merah kuning. Ini untuk meniru Jamu Jago dengan kios jamu bercat kotak kotak, atau Air Mancur yang seperti zebra cross merah hijau kuning.
Kemudian dalam hal tagline, Irwan juga meniru. ”Saya buat tagline ”Sidomuncul – Jamu yang Paling Unggul” untuk meniru tagline Jamu Jago “Jagonya Jamu Sejak 1918”, atau Nyonya Meneer dengan jargon “Berdiri Sejak 1928” atau Air Mancur “Jamu yang Paling Manjur”.
Ternyata, dengan itu semua Sidomuncul tidak juga beranjak. ”Melihat Sidomuncul yang tidak maju-maju, saya berpikir keras dan berefleksi,” katanya.
Buahnya, dia sadari bahwa ”kerja kerasnya” meniru selama 16 tahun (1969-1985) itu ternyata sia-sia. ”Beruntung saya ’siuman’ dan menyadari bahwa kalau saya hanya meniru, selamanya saya akan jadi follower, dan tidak bisa lebih dari yang saya tiru. Tidak mungkin menyalib.”
Dia pun membuat lompatan dan strategi baru, untuk reposisioning Sidomuncul. Wawasannya juga terbuka bahwa segala sesuatu pada masa yang akan datang akan sangat berbeda.
Dia menyadari bahwa ke depan pendidikan konsumen pasti lebih baik karena Indonesia akan lebih maju, pendapatan per kapita akan lebih tinggi, hidup lebih makmur, teknologi akan berkembang sedemikian rupa dan canggih. Dan ini semua memerlukan strategi dan visi baru.
Irwan lalu memancangkan tekad untuk menjadi perusahaan yang lebih baik dari pabrik farmasi namun tetap mau bermitra.
Ia lalu melakukan kerja-kerja terrencana dan terukur sampai akhirnya Sidomuncul menjadi pabrik jamu berstandar farmasi yang produknya melalui uji tosisitas dan uji khasiat.
”Syukur Alhamdulillah – Puji Tuhan, dari uji tosisitas itu Tolakangin aman dikonsumsi walau selama 212 bulan secara terus menerus. Dan dari segi khasiatnya, Totakangin dapat meningkatkan T white blood cell secara signifikan,” ungkapnya kepada media ini.
Hasil ujian khasiat itu juga menyatakan bahwa mengonsumsi Tolakangin dalam waktu lama tidak menyebabkan kerusakan organ seperti lambung, hati, empedu, ginjal. Tolakangin juga tidak menyebabkan gangguan hormon.
Nyaris Pailit
Di bawah kepemimpinan Irwan, usaha Sidomuncul berkembang pesat setelah melewati berbagai tantangan dan perjalanan jatuh bangun. Bayangkan! Pada tahun 1972, Sidomuncul nyaris pailit karena tidak mampu membayar hutang sebesar Rp 6 juta. Seluruh asetnya akan disita oleh Panitia Urusan Piutang Negara.
“Berkat Invisible hands, kami lolos,” ungkap Irwan.
Menurut pengakuan Irwan, perusahaannya mengalami kemajuan pesat semenjak dia melakukan sejumlah langkah strategis, antara lain: Pertama, menetapkan Tolakangin serbuk sebagai produk unggulan supaya bisa menjadi lokomotif bagi produk-produk yang lain. Kedua, meneliti resep Tolakangin serbuk, dan membandingkan dengan literatur tanaman herbal yang ada.
Ketiga, mulai menggunakan bahan jamu berkualitas. Sebelumnya, tidak pernah memperhatikan kualitas bahan-bahan baku yang perusahaannya gunakan. Keempat, mengembangkan Tolakangin serbuk menjadi Tolakangin cair.
Kelima, mengubah logo ”Foto Ibu dan Anak” dengan lumpang dan tetap menambahkan foto ibu dan anak di tengah lumpang. Ini untuk membentuk asosiasi khalayak: lumpang sebagai simbol produk jamu.
Langkah stategis lainnya, memperbaiki tulisan “Sido Muncul” yang terpisah dan menyatukan menjadi “ Sidomuncul “ sekaligus mengubah font atau memakai huruf yang lebih feminim.
Menurut Irwan, feminim adalah lambang kepercayaan atau “Trust“.
Pada tahun 1993 Irwan membentuk Divisi Public Relations atau Kehumasan. Menurutnya, kehumasan lebih efektif dibanding iklan.
Divisi ini tancap gas pada 1994 untuk mengomunikasikan program ”Mudik Lebaran Gratis” yang legendaris itu.
”Program yang berlangsung selama 30 tahun dan berhasil memudikkan 400 ribu orang, dan membuat Sidomuncul sangat terkenal itu merupakan buah gagasan Sofyan, adik kedua saya,” aku Irwan.
Divisi PR ini kemudian Irwan gunakan terus untuk mengomunikasikan kegiatan sosial Sidomuncul seperti operasi gratis bibir sumbing, penanganan stunting, bantuan-bantuan untuk korban bencana alam dan berbagai kegiatan lain.
Dari hasil kerja keras dan perjuangan panjang, berdasarkan Forbes, Irwan dan Keluarga masuk sebagai daftar 50 orang terkaya di Indonesia pada 2023.
Irwan menempati posisi ke-44 dengan harta kekayaan senilai US $ 1,08 miliar atau setara dengan Rp17,1 triliun.
Selain beberapa merek unggulannya seperti Tolakangin, Kuku Bima Energi, Tolak Linu, Alang Sari Plus, Kopi Jahe Sido Muncul, Jamu Komplit, Kunyit Asam, Susu Jahe, dan Kuku Bima Kopi Ginseng, Sidomuncul juga memiliki lebih dari 300 varian produk. Dan yang tidak kalah epik, lebih dari 4.000 orang bekerja di perusahaan jamu ini. (tD/EDL)
Leave a Reply